Ketika kau duduk, di kepalamu ada stempel wartawan, dan di depan sana ada pria-pria yang disebut narasumber, apa yang kamu pikirkan tentang hidup? Kau sama sekali tidak sempat berpikir, kau tertarik pada setiap omong kosong mereka, kamu mencatat ludah-ludah yang bertebaran, dan hidup berlangsung hampir tanpa pengamatanmu.
Mungkin begitulah aku merasa siang kemarin, memenuhi undangan, duduk penuh perhatian, dan mencoba memaknai kata-kata biasa para pejabat, pura-pura mencatat lalu aku teringat; kegiatan ini lebih mirip sebuah kekacauan yang terstruktur. Seberapa penting ini bagiku? Tanyaku pada kursi.
----entah, siapa yang kacau, aku ataukah dunia?
Aku kadang enggak ngerti dengan para wartawan yang sangat bersungguh-sungguh mengutip, mewawancarai, yang pada akhirnya hanya mengulang-ulang hal yang wajar. Atau aku bahkan tidak tahu mengapa mereka begitu bersemangat mendapat berita bagus hanya untuk diberikan kepada sebuah perusahaan tempatnya bekerja ...
Itukah yang disebut bekerja, ataukah itu yang dinamakan jurnalisme, ataukah kita berada dalam kerja-kerja jurnalistik? Ini hanya seperti pemulung yang keluyuran, mendapat sampah dan mengumpulkannya... wartawan selangkah lebih baik dengan menyusun lalu membuat berita.
Ritmenya demikian ... mereka mengawasi gerak gerik pejabat, mendatangi gedung dewan, mencegat menteri, atau entah apa lagi? Berapa banyak wartawan yang setiap hari duduk di DPR, berapa yang di Istana, berapa yang runtang-runtung melawat bersama para menteri, bandingkan dengan yang mengendus-endus kasus.
Itulah yang disebut jurnalistik?
----entah, siapa yang kacau, tapi aku lebih suka hidup santai sekalipun mengalungkan kartu pers di leher. Kartu pers ini mungkin berguna untuk menggertak polisi lalu lintas yang menilang, tapi tak manjur menghardik polisi tidur.
Aku lebih suka berleha-leha di rumah, menerjemahkan berita dari kantor berita, dan lalu mencantumkan namaku; perusahaan tempatku bekerja membayarku untuk seperti itu. Mungkin, sambil memikirkan semut yang mencari makan di dekat tempat sampah ....
8 komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusoalah war...war....wartawan kerjaanmu tak lebih hina dari iblis yang hanya menyesatkan umat.....kmu tau saya pribadi adalah korban broker lokal yang sama hinanya dengan kau...gmn tidak uang jerih payah hasil kerja selama ini di lahap sama broker lokal..sekarang kamu mau publikasi apa soal kebiadapan broker lokal..ane tunggu inspirasi looh..!! Keparat
BalasHapusTANYA KEPADA WARTAWAN : Taufikul Basari : "Apakah FOREX yang diperdagangkan itu ASLI PRODUKNYA INDONESIA ? sehingga Masyarakat/Trader/Investor yang memilih untuk bertransaksi dengan BROKER LUAR NEGERI DILARANG dan DIPAKSA MEMILIH BROKER LOKAL DENGAN MODAL, KOMISI DAN SWAP YANG BESAR ?
BalasHapusBagaimana Jika kehadiran Broker Luar Negeri ini di Indonesia karena Atensi masyarakat Indonesia sendiri yang memaksa mereka masuk karena ZAMAN INTERNET SEKARANG BISA DIAKSES OLEH SIAPAPUN DIDUNIA INI ada atau tidak ada kantornya di Indonesia, Apabila broker luar tersebut kemudian memberikan support untuk mempermudah komunikasinya dengan nasabah dengan menghadirkan kantor representatif yang nota bene staffnya rata rata pernah dan berpengalaman BEKERJA DI BROKER LOKAL patut dipersalahkan ?
APAKAH Oknum Marketing/Broker "baru gede" di perusahaan BROKER LOKAL yang menggunakan segala cara merekrut nasabah untuk mendapatkan komisi dari transaksi mereka karena mereka rata rata tidak bisa profit dari trading dan akhirnya menghabiskan dana nasabah BISA DISAMAKAN dengan Oknum yang mengatas namakan Broker Luar untuk mengumpulkan dana masyarakat dengan janji fix income atau melarikan dana tersebut untuk kepentingan pribadi (disini selalu mengkambing hitamkan Broker Luar Negeri, dimana Broker Luar negeri tersebut sebenarnya tidak suka dengan skema money game tersebut - bisa dibaca di mailbox metatrader investor/trader)
Bagaimana Jika akhirnya Fenomena Broker Luar Negeri bisa mengalahkan Pamor BROKER LOKAL ? SAYA BERANDAI ANDAI jika semua Broker Luar Negeri ini datang mendaftarkan diri mereka ke BAPPEBTI diminta atau tidak diminta oleh Trader Trader Indonesia apakah BAPPEBTI bisa terima itu ? BAGAIMANA JIKA SEBALIKNYA BROKER LOKAL BERAMAI RAMAI mengumpulkan dana untuk menyuap BAPPEBTI, KEPOLISIAN, MEDIA MASSA CETAK DAN ONLINE dengan mengiring opini masyarakat untuk tidak bertransaksi di Broker Luar, Apakah Anda (wartawan), mereka "yang berkuasa" MASIH BISA OBJEKTIF MEMBELA BERDASARKAN HATI NURANI untuk KEPENTINGAN MASYARAKAT ?
Salam Profit dari Pulau Borneo ...
Bung Alex Setiawan mungkin perlu membaca dulu UU no. 10 tahun 2011 atas perubahan uu no. 32 th 1997 tentang perdagangan berjangka komiditi ... dalam konteks itulah saya menulis. saya tak menulis itu pun, bappebti akan bergerak ... jadi harusnya anda berterimakasih karena saya memberitahukan bahwa regulator mulai bergerak sehabis tidur nyenyak ....
BalasHapusTukang Bacot silahkan diinfokan soal modus dari broker lokal, itu lebih menarik daripada broker asing. sejauh ini saya belum bisa nembus ke Danagraha krn jawaban regulator normatif, tidak bisa menjawab soal produk ilegal yang mereka perdagangkan...
BalasHapusakhir-akhir ini kita dihadapkan dengan adanya penutupan beberapa Broker Internasional dan penyebutan kata illegal terhadap broker tersebut di beberapa daerah, saya ingin menyikapi hal tersebut dengan kepala dingin dan saya berusaha se objektif mungkin menganalisa hal ini.
BalasHapusKenapa perusahaan internasional berkembang dengan pesat?
Di surat kabar ternama ada ulasan yang isinya membahas mengenai broker internasional ilegal, dimana judulnya adalah Broker Gelap Disekitar Anda, yang menarik bagi saya adalah ulasannya menyebutkan bahwa
1. “kontrak mini dan mikro sudah ditiadakan 7 tahun lalu dengan alasan bahwa
penutupan kontrak mini dan mikro biasanya digunakan oleh pendatang baru
dalam perdagangan riil”
2. “Pialang resmi minimal menarik margin hingga puluhan bahkan ratusan juta
rupiah”
dari kedua point diatas saya sangat ingin menanggapi dengan data dan fakta yang terjadi di lapangan dengan pertanyaan, yaitu :
Mengapa perusahaan broker internasional yang menyediakan kontrak mini-mikro yang disebut gelap dan ilegal dalam tulisan tersebut dapat berkembang dengan pesat???
Mengapa para trader lebih memilih perusahaan Internasional daripada perusahaan lokal, kenapa hal ini bisa terjadi???
Untuk menjawab hal tersebut saya akan coba membandingkan sistem dan kondisi perdagangan di Brokel Lokal dan Broker Internasional :
a. Margin Minimal
- Broker Lokal : minimal margin adalah $5.000
- Broker Internasional : minimal margin adalah $ 1
b. Size Lot minimal
- Broker Lokal : minimal lot size adalah 1 Lot
- Broker Internasional : minimal lot size adalah 0,001 lot
c. Leverage / Nilai Ungkit
- Broker Lokal : 1 : 100
- Broker internasional : 1 : 100 s/d 1 : 500
d. Komisi dan Swap
- Broker Lokal : YA, dikenakan komisi dan swap
- Broker Internasional : TIDAK, tidak dikenakan komisi dan swap
Nah dengan perbedaan yang menurut saya sangat signifikan, saya ingin bertanya kepada anda... Broker manakah yang akan anda pilih?
saya bahas sedikit disini tulisan di surat kabar tersebut :
BalasHapus"Kontrak mini dan micro biasanya digunakan oleh pendatang baru dalam perdagangan riil"
helllloooooo...... rasanya penulis surat kabar tersebut harus banyak buka internet dan coba lah sekali-kali buka forum-forum trading sistem, mereka yang menulis di thread-thread dan mereka yang ikut komen di thread tersebut adalah orang-orang yang luar biasa, dan saya berpikir anda sebagai penulis sudah saatnya menggunakan fasilitas google untuk mencari tahu bahwa ada beberapa trader Indonesia yang sistem trading nya sudah digunakan di seluruh dunia, dan mereka itu trading tidak di broker Indonesia. Apakah menurut anda orang seperti itu yang anda sebut PENDATANG BARU, mister??? I DON'T THINK SO.....SIR!!!
saya bahkan ingin balik bertanya kepada penulis, apakah yang investor broker lokal yang menyerahkan sepenuhnya segala keputusan kepada manager investasi itu adalah seseorang yang berpengalaman dalam dunia trading? dengan dia menyerahkan keputusan kepada manager investasi apa dia disebut expert? saya rasa tidak ya... kalo dia udah expert seharusnya dia transaksi sendiri dong, dan ga perlu di serahkan ke manager investasi. #bener ga ya logika saya?? hehehe
Dan selama pengamatan saya, investor yang berinvestasi di broker lokal 90% mengalami kerugian.... (silahkan anda tanya ke teman-teman yang udah ngerasain trading di lokal punya... belum pernah saya denger profit yang konsisten, banyaknya saya denger injek yang konsisten hehehehe).. kalo ada yang bisa konsisten kenalin dong ke saya sekalian saya mau liat hsitory transaksinya, biar saya bisa belajar :D
Saya juga mencermati, bahwa broker-broker lokal yang disebut LEGAL masih banyak tuh yang merugikan nasabah, dan bahkan mereka membuka account mikro yang disebut ilegal secara terbuka, saya ga mau sebut nama lah gak enak. Bappebti bisa membuktikannya sendiri kok. (atau pura-pura tutup mata kali yah?? hehehe)
Saya sih sedikit menyarankan kepada Bappebti untuk bersikap open minded, cobalah untuk terbuka, bersikap introspeksi diri dan mencoba untuk berani mengkoreksi diri.. "orang lain bisa kenapa kita tidak??", anda selalu bertameng dalam undang-undang sehingga berani untuk menutup beberapa kantor perwakilan broker internasional. Jangan lah Bappebti menyangka bahwa dengan ditutupnya kantor-kantor perwakilan berarti tutup juga broker-broker internasional, anda salah besar Broker Internasional berpromosi lewat online bukan offline, dan selama ini broker internasional yang kami pilih tidak pernah tuh ada masalah... jadi kalo saya ambil pepatah : "Buruk Muka Cermin Dibelah" sekali lagi introspeksi dan koreksi itu yang terpenting.
hormat saya
Pendatang Baru Dalam Dunia Trading
Ketika kita berinvestasi atau trading di Broker lokal Indonesia berapa persen kah kemungkinan kita profit? atau jangan lah dulu kita berbicara profit, kita berbicara strategi trading dulu deh.
BalasHapusHal yang terpenting yang harus kita lakukan dalam trading adalah ANALISA DAN STRATEGI, ketika kita akan membuka suatu posisi biasanya kita harus menganalisa terlebih dahulu, analisa bisa menggunakan sistem Analisa Teknikal atau Analisa Fundamental terserah dari trader terbiasa dengan sistem apa. Ada kalanya ketika kita sudah menganalisa dan kita sudah membuka satu posisi ternyata posisi kita ambil itu salah, maka kita akan mulai memikirkan strategi. Mungkin kita semua paham ada beberapa strategi yang biasa kita lakukan, yaitu : Scalping, Averaging, Switch Cut, Averaging Martingale, Hedging atau locking. Nah di Broker Internasional strategi-strategi itu bisa berjalan dengan baik karena Lot nya bisa diatur, Leverage nya besar, tidak ada swap dan tidak ada komisi. Namun bila kita bertransaksi di Broker Lokal apa bisa strategi itu dijalankan?
Dengan size lot minimum yang demikian besar dan Leverage yang demikian kecil tidak mungkin kita menjalankan strategi Averaging apalagi Maringale, yang ada margin kita akan habis terkuras
Kemudian dengan adanya Komisi apakah kita bisa menjalankan strategi scalping? scalping itu berati ambil cuma 2, 3, 4, atau 5 point saja... sekarang kalo kita dikenakan komisi dan ditambah dengan spread apa mungkin scalping bisa dilakukan..????
Lalu jika kita mau menginapkan (overnight) posisi kita, bila itu dilakukan di broker lokal uang kita akan habis tergerus swap/bunga setiap harinya... apalagi hari rabu 3 kali swap kita dikenakan... Ampun DJ :))
Anda bisa simpulkan sendiri maksud saya menulis di atas dan tinggal dijawab pertanyaan saya tadi : “BERAPA PERSENKAH KEMUNGKINAN KITA PROFIT DI BROKER LOKAL” ..... hmmmmhhh ?????
Posting Komentar