Ingin kupinjam matamu, agar kurasakan sumber hening yang merembesi basah, mengalir pada kegersanganku
Inginku tukar peranmu, biar genap sepi, agar lengkap nyeri

O, sekalipun hanya masalalu yang kupunya, kadang iri aku pada yang akan dan yang dijelang
Biar waktu saja yang memilih kita, bukan lagi keputusan
Biar saja di tempatkan di mana, di kenangan boleh, di senja yang belum hadir boleh, di tepi hari yang merana boleh

Tokh kelak kita dihinggapi perasaan tua, terkikih di antara gigi yang tanggal, menertawakan jerih yang dipayahkan
Sambil melongok jendela, bisalah swaktu-waktu kita saling bicara, jauh pun kini terangkum dalam teknologi
Kita yang tua akan belajar menggunakan cara lama, masing-masing berdoa agar yang lain tidak terlalu berduka

Diam-diam saling menantikan, diam-diam sama mengirim doa, biar hikayat hanya berlatar beberapa pertemuan saja
Ya, diam-diam saling menangisi, bersetubuh sunyi

Ah, aku hanya pecundang tanggung yang mengiri diri sendiri
Malu-malu bersembunyi di balik tirai mengawasi waktu menemukanmu dan menarik pergi
Bergegas kukejar, berlekas-lekas kau melapiskan gincu dan merapikan masa depanmu
Tak pernah lagi ada jejak bagi pecinta masalalu yang keblinger di hatimu

Kini belajar dusta aku pada diri sendiri, kubacai cara menipu hati, siapa tahu rumusnya jadi lebih sederhana
Dan akan kuajarkan pada bayangan di balik dompet yang mengapit masalalu
"Oh, hari ini cuaca amat mendukung untuk sekadar berhujan-hujan air mata," gumam siapa peduli kepada angin yang lihai menyembunyikan di mana aromamu


-Sent from my blackcoffee-