jalan ap pettarani perlahan menyepi selepas azan mahrib, meninggalkan mendung yang menutup seluruh makassar seharian ini. di depan hotel grand clarion berjajar motor dan bentor a.k.a becak motor.

ini hari senin. sekitar setengah tujuh malam aku meninggalkan hotel, bergegas mencari sesuatu untuk diumpangi. bahkan aku belum tahu akan naik apa setibanya di jalan, boleh saja bentor, taksi... atau angkutan kota. hari senin-ku buruk, bagi kantor.

jika aku diberi tanggungjawab mengisi halaman koran, esok pembaca hanya akan mendapati mendung di koran yang mereka langgan. sebab, seharian aku tidak mencari berita, hanya bermalasan seperti beruang kekenyangan di musim dingin. dan tak kudapatkan sepatah kata pun yang patut dikutip dari acara yang konon dihadiri direksi dan komisaris perusahaan pelat merah di hotel itu.

tidak masalah. aku senang tidak dapat berita hari ini. jalanku tenang, langkahku lebar, dan pikiranku memburu waktu isya.

pete-pete, nama panggilan untuk angkutan kota di makassar, dengan tulisan "ikip" membawaku berputar-putar. beberapa kali aku tersesat karena angkutan ini, atau mungkin aku tidak paham rutenya. tetapi untuk kali ini aku sudah memastikan bahwa sopir akan membawaku ke arah yang benar, fly over pettarani. ia pebalap rupanya, menyelip sana-sini lantaran seorang ibu yang terburu-buru dibawanya dalam kendaraan warna biru rongsok; warna khas sebagian besar angkot di sini.

biru rongsok itu semacam penipuan. dari luar kotak berjalan itu seperti penyelamat di tengah serbuan mobil pribadi dan di saat bersamaan aku tidak bisa memiliki satu pun. di dalamnya kamu temukan banyak hal hilang dari sesuatu yang dipersyaratkan sebagai kendaraan. yeah, meski banyak juga yang masih oke, dilengkapi dengan audio bertenaga yang menyenangkan; terutama ketika selera musikmu sama dengan supir pete-pete.

dan di pete-pete kedualah kudapatkan sedikit kelegaan macam itu. lampu remang-remang, dua laki-laki duduk berhadapan... dan kini bertiga denganku di belakang. sebuah lagu lokal... entah apa definisi lagu lokal. bagaimanapun, nada-nadanya mirip dengan lagu campursari sendu yang dinyanyikan didi kempot, maestro pengamen yang menjadi penyanyi top di jawa...setidaknya jawa tengah. dan setelah itu... mulailah



Ku menyaksikan dedaun kekeringan
Gugur ke bumi gersang tiada penghuni
Tiada mentari, awan kesuraman
Bagaikan waktu yang terhenti

kadang pikiran kita terbawa arus, entah karena pergerakan pete-pete atau sebuah aransemen lagu. yang jelas... lagu siti nurhaliza yang diputar di atas pete-pete membuatkau tak akan melupakan kota ini... tidak akan pernah. dengan semua baliho menjual diri para politisi, dengan jalan-jalan yang rusak dan tidak pernah bersahabat dengan pejalan kaki, hingga

terutama... kota ini menyertakan masalalu dalam kehidupan sehari-hari. siti nurhaliza, bagi banyak orang, adalah suara merdu yang datang dari masalalu. atau, mungkin selera musikku saja yang terlalu umum.

malam mulai sempurna mendekap makassar dan seluruh kebisingan yang diajarkan oleh perkembangan jaman, dengan lalu-lalang aneka kendaraan yang menandai peradaban minyak bumi sebagai nafas utama. di era ini pemborosan adalah hal yang wajar, tak perlu diperdebatkan, dan jika perlu disubsidi. tak masalah, toh dunia akan punya khir untuk untuk semua mahluk hidup.

seorang ibu muda masuk, membawa tas entah jenis apa. semua perempuan seusianya memang selalu membawa gembolan macam itu. agaknya banyak pernak-pernik kecil di dalamnya, dari bedak, gincu hingga masalalu.

Ku menyaksikan seraut wajah cinta
Yang kehampaan tiada lagi bermaya
Kini kehilangan sebuah harapan
Bagaikan cinta yang terkubur

perasaanku hari ini lumayan baik, terutama setelah makan. tetapi tetap seperti ada relung, ruang kosong yang muncul di mana pun ketika kamu tidak punya pijakan yang kokoh. kekosongan yang hanya ketahuan kalau kamu berada di dalam angkutan umum bersama lagu-lagu yang umum... kenanganmu diputar sekaligus diciptakan, tetapi kamu tidak bisa mengingat masalalumu... kamu hanya sedang memutar dan menciptakan dalam momen tersebut.

seperti ini... kamu pernah mendengar lagu ini di masalalu, dan sesuatu menarikmu ke ingatan soal masatersebut, tetapi kamu menyadari hidupmu berada di dalam pete-pete dan bergerak di tengah kota makassar. kamu seolah memimpikan berada di masa lalu, tetapi yang sedang kamu reproduksi adalah kenangan yang lain, yang akan kamu ingat kelak setelah meninggalkan kota ini.

Adakah mungkin untukku menghindari
Goresan kasih luka di hati
Jiwaku resah apakah kesudahan
Kecewa ataupun bahagia ooo...

seperti percintaan. kekecewaan adalah jalan yang lebih lebar daripada kebahagiaan tetapi kamu tetap melewati dengan risiko hanya akan ditinggalkan dalam cangkang kesadaran yang mengelupas... pertarungannya, kompetisinya, kekecewaannya, dan sedikit kesenangan yang akan hilang... semua dicampur dan dijadikan pijakan. itulah relungnya... sungguh mengecewakan bahwa pijakan itu hanya sesuatu yang membahayakan diri kita sendiri. dan entah dengan keyakinan macam apa orang-orang tetap saja menempuhnya.

Ku yakinkan diri demi rinduku
Penawar hanya dari wajah kekasih
Walaupun rintangan datang menduga
Ku tempuhinya kerna cinta membara
Ooo... mimpi yang terindah
Jelmalah dalam nyata
Wajah-wajah kekasih

tanpa risiko, kita hanya debu yang bahkan tidak akan diingat oleh dirinya sendiri. siapa yang sudi mengingat kehidupan yang tidak bisa dimaknai?

pete-pete menembus keramaian malam makassar, menurunkan satu penumpang dan mendekati jalan arif rate... kupikir aku sudah harus menyiapkan ongkos rp4.000. ongkos perjalanan hidup mungkin tidak akan pernah kukeluarkan, karena nominalisasinya pasti akan membingungkan. seperti ini, harga kehidupanmu diukur dengan apa dan untuk apa? lagi-lagi kau membentur kekosongan yang harus kau telusuri sendiri, secara pribadi, dan tak seorang pun di luar sana paham akan hal-hal yang sangat pribadi seperti itu.

Ku mengharapkan ikatan kemesraan
Antara kita akan terlaksana jua
Walaupun impian dalam kekaburan
Ku yakin padamu oh Tuhan

memang ada growong.. ada kekosongan, ada relung yang rahasia, tetapi kadang itulah yang kubutuhkan untuk mencari tahu kedalamannya.

siti nurhaliza tiba-tiba berganti dengan "tabir kepalsuan" oleh rhoma irama. lagu di dalam pete-pete adalah sejarah dalam waktu, momen, dan pergerakan hatimu... dunia satria bergitar pasti berbeda antara ketika dia masih merayu perempuan dengan ketika ia mulai mengisi pengajian di dalam masjid, tapi keduanya berjalinan dalam perjalanan hidup seorang yang berniat menjadi presiden di negeri antah berantah.

Ternyata hatimu buta
Buta karena tabir kepalsuan

Kucoba untuk tidak putus asa
Membuka mata hatimu
Kucoba menguakkan tabir
Penghalang cintamu dan cintaku

‘Ku tahu kau terjerat dan terbenam
Dalam kepalsuan
Cinta tak dapat lagi membedakan
Siapa dan yang mana

Wahai angin pengembara
Terbangkan tirai penghalang di hatinya
Agar merasakan getarannya jiwa
Wahai burung duta suara
Dendangkan lagu untuknya tentang cinta
Agar hirau akan hatiku yang lara

Apakah belum juga kau mengerti
Atau memang tiada cinta lagi

Telah kupaparkan segalanya padamu
Siapa diriku
Kini kuserahkan kepadamu untuk
Menentukan sikapmu
‘Kan kuterima itu walaupun hati
Pedih dan merana
Karena ‘ku tahu tak seorang pun bisa
Memaksakan cinta

Oh, oh, oh, oh