Sekian tahun hidup, baru kemarin malam aku merasakan naik taksi. Ndesit, memang. Dan kemarin itu sebetulnya juga bisa pertama kalinya aku nonton film di bioskop. Hehehehe …. Tapi karena kursi penuh, kecuali yang di depan, maka tak jadilah nonton the tourist (Film apaan yak? Entahlah). Kata rika, kalau duduk di depan nontonnya pake ndongak ke atas, kayak nonton genteng rumah. Makanya aku pulang saja, karena pemutaran berikutnya akan membuatku pulang jam setengah duabelas malam.

Ya, aku memang belum pernah nonton filem di bioskop. Bahkan waktu filem yang kubintangi (jhiah, padahal cuma jadi figuran) dirilis dan satu kampung dapat nonton gratis di Amplaz. Tapi karena malu lihat tampangpreman milik sendiri, makanya kupilih sembunyi di kamar.

***

Pagi dikeroyok hujan, tapi aku selamat dari titik2 air, seperti biasa. Entah, musim hujan ini tidak terlalu meresahkan di sini, saban kali hujan lebat dan angin mengamuk, aku selalu masih duduk di kantor menatap di kejauhan lewat jendela kebiruan. Mulanya terpikir beli payung, tapi akhirnya urung. Aku pilih beli kaus kaki daripada payung, biar bisa berganti kaus kaki tiap hari, dan tak dirundung bau.

Tapi, di jauh sana, orang-orang mengkhawatirkan hujan yang datang seperti kawanan setan. Hujan pasti tidak menyangka dirinya dituduh kawanan setan.

***

Nanang sudah membeli kasur untuk wulann dan ningsih. Dan satu lagi untuk lia yang selalu tidur beralas karpet tipis. Juga aneka kebutuhan dapur untuk keluarga nugroho dan moses. Dan buku-buku untuk anak-anak. Kata nang, dananya masih sisa, tapi bulan depan kami akan ke jogja.