angkot 31. hah, selalu. seringnya ada dua penjual kerupuk palembang sudah duduk di belakang. dengan masing-masing satu plastik besar kerupuk ikan. mereka tampaknya orang palembang asli, dengan mata sipit dan rambut lurus.
kalau pagi, angkot 31 juga diisi pekerja. kadangkala tua, namun lebih banyak yang masih muda. dan aku selalu berdoa, semoga tersedia tempat duduk di samping perempuan muda.
aku mendapatnya pagi ini. perempuan manis bin cantik dengan gelang plastik warna-warni. matanya sipit, dan aku menyukai mata yang tidak terlalu menonjol. tidak banyak hal terjadi di antara kami. aku tidak iseng bertanya siapa namanya. dia pun diam. kadang melirik, kadang aku melirik. kadang bahunya jatuh pada bahuku. kadang bahuku kujatuhkan pada bahunya. dan aku berdoa, agar sopir mengerem mendadak atau menekan gas cepat-cepat.
sampai di satu persimpangan, sopir memutuskan mengambil jalan pintas. tak tahunya, di sana sudah dicegat kubangan lumpur. mulanya ragu, apakah akan melewatinya atau undur saja. kukira karena di sana ada juga bekas roda angkot lainnya, maka sopir berani menerjang. dan akhirnya, ban belakang terjebak dalam kubangan, seolah angkot hendak terjengkang.
alhamdulillah, si perempuan berpegangan, pada kakiku, juga pada tanganku. karena sopir ngotot, dicobanya berulang-ulang lolos dari jebakan kubangan, maka berkali-kali sang perempuan memegang tambah erat. ah, ingin rasanya aku bersyukur dan mengucapkan terimaksih mendalam pada sopir yang kurang kerjaan.
sayang hanya beberapa menit, karena akhirnya kami turun semua, dan meninggalkan sang sopir sendirian, mencoba membebaskan angkot kesayangan. dan aku, karena niat mencoba ikut mendorong angkot, terpeciklah lumpur ke wajah dan pakaian. tak apa. toh pagi ini indah sekali!