ada tiga masjid yang jadi tempat berburu takjilan selama aku di jogja. masjid kampus pada awal aku kuliah, masjid syuhada dalam dua tahunku di jogoyudan, dan kalimosodo dalam tiga tahun yang menggembirakan.



di mesjid kampus, aku cukup rajin menjadi pendengar ceramah sore para ustad. waktu itulah, aku paling merasa cukup beriman. maksudku, aku pernah dalam rentang tertentu sangat menggebu dalam menjalankan agama. aku kadang datang ketika ashar. sehabis shalat. biasanya banyak yang membaca alquran. aku juga, tapi bukan qur'an. aku selalu membawa novel dan membacanya di sana, sambil menunggu berbuka.

sedangkan di syuhada, lebih menyerupai perburuan makan. biasanya aku membawa beberapa anak. yang perempuan agak ribet dan ribut, yang laki-laki pethakilan dan lebih suka menganggu orang lain. biasanya ada ibu-ibu yang nitip anaknya yang masih kecil, yang harus kugendong kalau kakinya lelah, yang harus diantar sampai pintu rumah. yang paling sering ikut denganku marus. mungkin lima tahun. adik perempuannya, nada, suka memperhatikan kalau kami berangkat ke syuhada. ia akan memberikan lambaian kalau kami sudah sampai di jembatan kewek, jembatan penghubung jogoyudan dengan kotabaru. si "preman" juga ikut.

di syuhada, kami lebih sering hanya pura-pura mendengarkan ceramah. kami akan ribut, berdesak-desakan mengantri mendapat makanan. kadang ada orang dari gereja, yang letaknya beberapa meter dari syuhada, membantu membagikan makanan. (entah, sebetulnya dari gereja kristen HKBP atau dari gereja katolik di jalan abu bakar ali)

masjid ketiga adalah kalimosodo (namanya kupakai sebagai judul blog ini, yang pada awalnya memang kutujukan untuk sosialisasi kegiatan kami di masjid. sayangnya, mahluk kotor satu ini lebih suka merusak rencana, sehingga jadilah blog yang isinya hal-hal "busuk"). di sini jelas lain. aku justru paling diharapkan untuk selalu di sana, padahal takjilannya tidak begitu enak. paling sering hanya nasi+mie+telor setengah. kadang aku ingin melarikan diri, ke syuhada, untuk mencari takjilan yang lebih bergizi. sayang, nggak pernah bisa. hehehehe....

selama bulan puasa biasanya aku sering marah. apalagi kalau sudah sore. anak-anak sudah datang dan ramai. sedangkan yang ngajar hanya aku seorang (nggak sering sih, biasanya hanya dari pertengahan ramadhan hingga ke akhir). menangani 20-an anak sendirian adalah sebuah siksaan. tiap anak minta diperhatikan. minta didahulukan. sedangkan yang lain suka melakukan kekejian dengan menaiki punggungku. beberapa senang mengembangkan bakat lari dengan mengitari meja-meja, dan kadang mencoba menaikinya. suaranya, lebih heboh daripada kandang ayam yang ayam2nya kelaparan. lebih mengenaskan lagi kalau sudah ada yang berkelahi, dan itu sering sekali terjadi. laki perempuan sama saja. lalu, datang ibunya dengan muka merah, mata melotot, dan niat jahat (halah-halah... maaf, hanya hiperbola). baru setelah menjelang berbuka, beberapa bantuan datang.

argh.... tapi itu membuatku rindu.

takjilannya memang tak begitu bergizi, sama seperti sebagian warga di sini. tapi, jatahkau selalu berlipat. entah karena ibu-ibu melas padaku, atau karena memang niat jahatku menyembunyikan beberapa bungkus untuk sahur sekalian. makanya, sekalipun hanya nasi dan telor, aku selalu kekenyangan di bulan ramadhan. hehehehehe ...

tapi, setelah sekarang aku sadar (huahahahahahahaha), kukira aku akan membayar itu semua. ckckckckck... setidaknya, aku dan nanang akan mengambil satu jadwal takjilan untuk tahun ini... niatnya, pengin menghapus dosa nyuri takjilan di masa lalu.