segi-segi mengerikan dari realitas (....) lebih dibutuhkan daripada bentuk kebahagiaan murahan yang disebut 'kebaikan'. friedrich nietzsche
aku menemukan kutipan itu di buku Hidup Matinya Sang Pengarang, satu dari sekian buku yang kubopong dari pameran beberapa waktu lalu. buku lama, tapi bukan untukku. dan, senang sekali menemukan nama nietzsche di sana. 
aku mengenal nama itu ketika sma, dari sebuah buku mengenai filsafat eksistensialis. nama lain yang kusukai... siapa lagi kalau bukan soren kierkegaard. aku mengenal filsafat eksistensialis bersamaan ketika aku mengenal puisi. dan aku sudah hampir melupakan keduanya sekarang. aku sudah lupa buku filsafat apa yang pernah kubaca, tapi aku selalu menyukai eksistensialisme. sebenarnya otakku tidak cukup memadai untuk memahami eksistensialisme, jadi aku memutuskan jadi penggemar saja. 
itupun kuanggap sudah terlalu gaya, terlalu berat (kalaupun ada konsekuensinya). untunglah ini hanya dunia. 
dulu, aku suka sekali mencatat kutipan-kutipan dari para filsuf dan menyimpannya dalam buku tersendiri dari buku harianku. kadang aku merasa paham apa yang mereka katakan, tapi lebih sering dibuat pusing, pusing yang menyenangkan... hehehehe. bacaan macam itulah yang mungkin membuatku seperti orang serius, seperti laki-laki tua berjanggut dengan tongkat yang ingin membagikan kebijaksanaan tak laku. tapi, itu juga mengajariku tentang betapa berbedanya dunia ini jika kita menyelaminya sendiri, bukan hanya menggunakan kaca mata umum.

aku menikmati bacaan filsafatku, yang lebih sering hanya sepotong-potong. ini karena kesukaanku mencari kutipan, sehingga hanya kutipan yang ajaib yang aku cari. aku jarang menyelesaikan sebuah buku sampai lembar akhir, kecuali itu sebuah novel. tapi, sekarang aku jarang membaca. maka, bahagia sekali rasanya menemukan nietzsche. laki-laki ini adalah representasi dari kegilaan yang ajaib. dan aku sering menyebut diriku sendiri sebagai neurosis. mungkin, aku ingin meniru orang-orang gila itu. itu menyenangkan. aku tak perlu merasa terbebani apakah apa yang kupahami adalah apa yang dimaksud dalam filsafat mereka. aku merdeka memaknai kata-kata mereka. aku tidak perlu bersalah atas kesalahan dalam menafsirkan. 
dan orang gila itu mengajarkanku tentang kesendirian, tentang keheningan, tentang kuda, tentang perempuan, tentang hal-hal yang tak kukatakan. pengajaran itu memang lebih sering sebagai sebuah kesalahan. maksudku, apa yang mereka tulis mungkin bukan apa yang kupahami. aku mencari pemahamanku sendiri. toh aku tak pernah dituntut siapapun untuk memahami mereka, sekalipun aku mendeklarasikan diri sebagai penggemar kacangan.
aku senang bahwa ini hanyalah hidup. hanyalah hidup. aku tak takut hidup sama seperti aku tak takut mati. mau mati di mana dan bagaimanapun, aku siap. kapanpun tuhan akan membunuhku, aku tidak punya beban untuk menyelesaikan sesuatu di dunia. ini hanyalah hidup, perjalanan menyenangkan yang tak perlu kita koleksi. 
saat aku merasa paham pada diriku yang ringan ini, aku senang dan tidak takut pada sesuatu. aku tak takut tuhan, toh ia memang tidak menakut-nakutiku. saat ringan begini, aku merasa tidak menjejak di bumi, tapi hanya berjalan pada kehidupan. mengeluyur saja di dunia.
aku suka keluyuran, tak perlu menentukan arah, toh tak ada yang menuntuku mengambil sebuah arah. mereka yang berharap akan menyeret harapan dan akan bersedih karenanya. 
The HeirThe HeirThe HeirThe Heir