Hm…aku duduk dan memikirkan bahwa saat-saat yang lain aku menunggu waktu yang tepat untuk menangis. Karena musim ini begitu gersang dan aku kehabisa air mata untuk menghujaninya; tak ada harapan seperti juga tak ada tanah yang menumbuhkan nafas di antara akar-akar kesunyian.
http://pondokhati.wordpress.com/2009/12/08/musuh-dan-sahabat-iblis/ tanpa permintaan ijin
dimaling dari: http://pondokhati.wordpress.com/2009/12/08/musuh-dan-sahabat-iblis/ tanpa permintaan ijin
Kupikir aku hanya iblis yang mengedip dengan sedih, yang lupa suara hujan seperti lupa pada kebaikan manusia-manusia yang memberiku nama kejahatan. Ketika malam datang seperti seorang gadis yang berbinar matanya, aku sudah kehabisan masa-lalu untuk bercerita dan memberi salam secukupnya. Dan saat kupikir kehidupan mengalir di bawah sungai code, hanya rasa dingin mengetuk jendela biru di kamarku. Kutulis “kekosongan” pada kekosongan yang terpajang dalam gelap. Aku hendak berpikir bahwa orang-orang pergi, selalu pergi, satu persatu meninggalkan kita bersama kesedihan dan kenangan; saat itu orang-orang lain datang dan menghibur seperti perkenalan-perkenalan penuh harapan.
Iblis dimaafkan pada bulan-bulan tertentu. Hal ini berguna bagi iblis macam aku untuk diam dan menikmati sunyi. Katamu, kawan yang satu tubuh denganku,  negeri ini dipenuhi orang bijak yang lupa akan kebijakannya sendiri.


Pada teman yang kukira sahabat aku ingin bertutur tentang malamku yang habis disesap ribuan codot, tapi kekalahan jua yang timbul tenggelam melewati nafas-nafasku. Aku bisa mengingat mereka. Lihat, di situ ada listi dan paini mentertawakan letak tai lalatku dan barsa mulai memukuli kepalaku. Lihat kita semua masih bisa tertawa, merayakan ulang tahun dan berdoa… Ha ha ha. Makin kuhirup, udara ini makin sengak terasa. Hidup kutumpuk di lapisan terbawah dari ............................ kertas usang. Dan aku terus tertawa dalam batin, bukankah sejumlah kekonyolan macam ini yang akan membunuhku?
Iblis sudah selesai membersihkan tangannya dari dosa dan ia ingin belajar dari kehidupan yang sederhana, yang tertulis dalam buku harian kumal milik seorang bocah yang terbunuh waktu.
Sudah semakin kering musim seperti ini. Kuharap hujan memenuhi air mataku di pagi buta ketika sujudnya orang-orang bisa diterima dengan mulia atau permintaan maaf para iblis diterima dengan lapang dada. Mungkin kebaikan akan mengusir dari pintu-pintu mereka. Dan aku mengetuk dengan sangat pelan seperti bisikan yang tak terdengar. Biar iblis dalam diriku hanya ditemani sepi! Bisikmu semerdu nyanyian kali.