Aku hanya merasa, apa yang kutulis ini hanya sarang untuk menyembunyikan segala kelemahanku. Kelemahan yang kemudian kunikmati seperti kanibal. Ada banyak dusta (bukan kebohongan) sebab aku menuliskannya dengan perasaan sekadarnya. Aku tidak layak mengklaim kejujuran, tidak pula berhak pada otentisitas, bahkan jika itu hanya bayangannya sekalipun. Kurasa, sebagian dari diriku memang telah hilang. Hanya ketika kemarahanku memuncak, ia tiba-tiba nongol tanpa permisi. Dan, kehilangan bagian dari hidup kita adalah beban yang paling baik dilupakan. Sebab, kehilangan itu tidak pernah mengenai kenangan atau ingatan yang hilang, melainkan mengenai dirimu sendiri yang datang dari masa lalu maupun masa depan. Ini bukan mengenai aku yang pernah, melainkan aku yang kehilangan.
Hujan itu memang sebuah tangisan deras yang datang dari Ida, dari Oki, dari Angga, dari W, dari sekalian mereka yang hidup di lingkungan busuk.
Sebenarnya, aku tidak sungguh-sungguh bisa menyadarinya. Sebab, itu bukanlah sebuah kenangan, hanya kenyataan yang dibatasi indera.
Tidak ada komentar
Posting Komentar