hujan di jendela kaca besar milik kantor, merambat ke bawah cepat-cepat. mei basah di luar, gedung-gedung hilang dalam putih pekat. sekarang bisa kurasakan benar gairah air yang jatuh di kaca, membentuk bentuk sperma, dengan kepala besarnya dan ekor panjang meliuk mencari tarikan gravitasi.



aku yang sekarang memang berubah. sepertinya. beberapa hari lalu ada yang mengatakan bahwa aku terlalu banyak melontarkan makian di fb, seperti orang gila. orang itu tak mengenalku, tapi ia saudara sepupu yang kaya yang hidupnya ditopang chevron. orang-orang kaya sepertinya sangat peduli dengan moral, hal yang tidak lagi mendikte orang jelata sepertiku. aku sendiri belum sempat introspeksi terhadap moralku, karena kukira aku sudah cukup uang untuk makan kali ini ataukah mungkin aku sudah kehilangan moral-moralan umum itu.


hujan ini membawaku ke bilik ingatan, bahwa orang-orang jelata tidak berpayung moral untuk bertahan hidup.  tapi dunia dipenuhi orang-orang yang terlalu peduli dengan moral, yang bisa menghakimi, yang diijinkan menghakimi, yang punya kesempatan menghakimi. orang-orang dijatuhi begitu banyak moral dalam hidupnya, tapi sebagian besar mereka berteduh dan bersembunyi di rumah-rumah, di bawah payung, di balik baju milik pribadi. orang-orang tak berdaya adalah mereka yang dipersalahkan dan tidak mengerti, yang dipaksa untuk memahami tapi tidak juga menangkap arti, tanpa mereka pernah ingin memberontak atau sekadar menolak....barangkali.


mei telah lewat rupanya. tulisan ini bertahan hanya untuk mencari ekornya sendiri. tapi, karena aku ingin mengatakan bahwa aku mencintai bulan mei, maka tulisan ini harus selesai atau dianggap selesai. yak, mei, bagiku adalah bulan terbaik saat aku menikmati sebuah akhir dari musim hujan, saat hujan telah menjadi gerimis dan bianglala sore melewati jendela. mei bagiku adalah karnaval peristiwa yang tak ingin berakhir. ingin rasanya aku berulang tahun di bulan mei. bulan kedua yang aku sukai adalah november, tapi alasannya terlalu simpel, karena ada lagu berjudul november rain yang didendangkan oleh OM genes end roses... wkwkwkwk.


tapi, mei di jakart tak seindah di mei-nya Jogja.