Membeli buku di Jakarta lebih sulit daripada di Jogja. Mungkin karena terlalu luasnya kota ini, sehingga sulit menemukan toko buku yang dekat dengan tempat tinggal. Mau ke toko buku saja mesti keluar ongkos banyak banget, sudah begitu bukunya tanpa diskon, hanya nambahin kaya si jakob utame. 


Tapi, aku punya alternatif yang lebih nyaman, beli buku online. Memamang sih kurang enak, soalnya nggak bisa ngacak-acak rak buku, gak bisa baca dulu isinya, gak bisa celingak-celinguk lihat perempuans, tapi setidaknya membuatku tidak keluar ongkos angkot yang lebih mahal daripada biaya kirim. Dan, lagi, cara ini efektif menjaga keremajaan kulit.... wakkakakakak... sebab kita nggak terpapar matahari dan polusi udara. 



kali ini aku beli bukunya andrea hirata. siapa tak kenal ni bujang....? kalau emak ku pasti nggak tau. tapi, aku sendiri sebetulnya blum pernah membaca buku-bukunya ni orang yang kabar-kabar-nya jadi best teller.... juga sudah dijadikan film (lokal) yang paling banyak ditonton.  aku juga belum lihat pilemnya itu. katanya sih bagus.... makanya aku nggak perlu nonton, sudah tahu bagus. bukunya, juga krn orang lain sudah banyak baca maka aku nggak perlu baca lagi.... sudah nggak penting bagiku. tapi, karena kemarin tiba-tiba ditawari buku terbaru dari toko buku online, akhirnya aku coba saja membuang-buang uang membeli dwilogi.  kayaknya asik. ternyata editornya mas imam... okelah kalou begitu, aku coba baca  ni buku. tampilannya agak beda. dua buku jadi satu. jadi macam dua lapis roti gitu. 


aku belum baca sih, tapi jelas sudah timbul ekspektasiku mengenai buku ini. kuharap ini tidak mengecewakan seperti bukunya paulo coelho kemarin. bukunya coelho bener2 kayak thriller, atau memang thriller. masih bersyukur di akhirnya si penulis tidak mencilakakan penjahatnya. soalnya, aku paling suka tokoh penjahat, apalagi yang selalu selamat sampai ending, pasti asoy bener. tapi, bukunya coelho yang itu bener2 di luar bayanganku. sepertinya otaknya coelho rusak atau keserempet setan ngebut gitu, sehingga mau nulis buku kayak gitu. yah, meski aku membacanya sampai akhir juga. padahal, jarang2 aku baca buku sampai di lembar akhir kalau bukan buku bagus. 


nah, kali ini... aku sebenarnya sudah menurunkan tuntutan seorang pembaca terhadap buku yang dibelinya. toh, aku beli buku mahal ini hanya sebagai sarana menyia-nyiakan uang. jadi, kalaupun nanti hanya tulisan konyol, aku nggak terlalu menuntut andrea hirata untuk menulis ulang... toh aku sendiri nggak bisa nulis kayak gitu. 


oke... aku akan membacanya di sela-sela menghitung jumlah ATM, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas, dan mendengarkan lagu-lagu rock anehnya live365.com