masa laluku sangat lucu. dipenuhi kebohongan dan kemalingan. dihiasi kebetulan dan kesalahan.

aku juga pernah mendaku (sekalipun dengan rasa terhina dan menghina sekaligus) sebagai aktivis. aktivis kampus maupun aktivis kampung. entah apa depinisi aktivis, selain tukang aktif. sekalipun, aku tidak punya kecenderungan untuk jadi manusia aktif, apalagi hiperaktif. seringkali aku menilai diriku sebagai pertapa kesasar.

di kampung, aku pernah menjadi ketua karangtaruna. karenanya, aku sedikit merasa terhormat. yah, sekalipun di indonesia yang namanya ketua itu seringkali biang korup dan bermasalah. sejatinya, juga demikian denganku. aku jadi ketua karangtaruna karena hal2 pragmatis, seperti akses mendekati perempuan jadi lebih mudah dan terbuka. hasilnya, luar biasa. aku mendapat pacar pertama! hore! kemunafikan berguna juga!


waktu aku bertransformasi (bahasa gaul aktivis kampus) menjadi mahasiswa, aku juga mulai kehilangan keluguan. aku mengira kalau manusia di dunia itu banyak baiknya. ternyata, sekolah telah menipuku. penipuan pertama sekolah yang kusadari adalah soal biaya kuliah yang membuatku menyadari betapa kerenya sosok munafik ini. yah, meskipun, aku memandang, itu keren. jadi kere dan hidup itu adalah sesuatu yang menakjubkan. sayangnya, aku juga menyemai benih kebencian pada orang kaya, siapapun itu. kebutaan itu bahkan aku pelihara hingga aku menulis ini. hal itu terdengar sangat konyol, tapi tidak bagiku; itu keren! banyak orang miskin menunduk pada orang kaya, sedangkan aku hanya pura-pura... di belakang mereka aku suka mencaci; itulah hobi yang membebaskanku dari beban jadi manusia kerdil.

waktu aku belajar mengaji kemiskinan di code, semangat kebencianku tumbuh seperti rumput liar di musim hujan. dan, kurasa itu cara menumbuhkan kekerenanku! hahaha hidup keren!
tapi, sebelum itu, sebenarnya aku sudah merasa keren dengan menjadi kere! waktu itu aku belajar dari seorang kaya. dia merobek celananya dan menjahitnya lagi, sehingga celana itu tampak semrawut! dan, aku sadar, kesemrawutan itu tampak keren. dan, di kosku ada beberapa celana robek yang kupelihara bertahun-tahun. dari sana, akhirnya aku berani tampil keren! filosopi orang keren itu; kalau tak bisa tampil ganteng, jadilah keren! karena keren itu tanpa syarat! maka, jadilah aku si keren di kampus (menurut imajinasiku), dengan calan robek2, sandal jepit, rambut gondrong dan kaos terbalik. tasku pun robek dan berwarna hijau, tapi berisi sejumlah buku puisi untuk menemani orang keren yang duduk di kantin sambil memesan kopi secangkir untuk beberapa jam. aku belajar, orang2 keren dilahirkan karena hidup tanpa parameter.

atau sebetulnya, aku hanya ingin menarik perhatian beberapa cewek kurang waras yang suka orang keren. menurutku ada empat hal yang membuat cewek itu tertarik pada laki2. pertama, kalau cowok itu ganteng, mudahlah cewek mendekat dan terjerat. bersyukurlah kau laki2 ganteng, tolong habisi saja semua cewek yang bisa kau dapatkan dengan kegantenganmu, toh mereka tak bakal melirikku! kedua, kalau cowok itu kaya, maka perempuan jadi kayak semut merubung gula. ketiga, kalau cowok itu pintar. kepintaran adalah satu2nya hal baik di sini yang menarik perhatian cewek. keempat, cowok keren. keren itu bebas definisinya. tidak ada yang mengklaim keren sebagai bla-bla-bla....

karena aku tidak bisa mengubah desain tata wajah, tidak mencukupi untuk jadi kaya, dan kurang memadai dari segi fungsi otak, maka, kupilih jadi keren. apapun definisinya.
di kampus sebetulnya sudah banyak manusia keren. ada yang berambut gimbal, rela tak mandi berhari-hari, dan hanya punya beberapa celana kusut yang tak pernah dicuci. ada yang berambut gondrong dan tidak pernah sikat gigi tapi suka tertawa dan menegak AO. dan aku mulai menjadi keren dengan celana rombeng, sandal jepit dan rambut gondrong. kalau kuingat-ingat lagi, pasti orang sering menyangka aku itu pemulung.

ah, tapi itu keren. dunia mestinya mengerti, bahwa di bumi ini ada orang-orang keren yang hidup pendek. kekerenanku memang pendek, hanya beberapa tahun semasa aku di jogja. terutama sekali waktu aku jadi aktivis gadungan.

bayangkan, dengan mengaku banyak kegiatan, aku bisa memberi alasan pada diriku sendiri untuk menunda menulis skripsi. aku juga memberi alasan itu pada orang2 yang menanyakan skripsiku, kapan lulus? aku juga punya alasan logis untuk menjual buku2, sebab aktivis itu perlu makan. aku juga mencuri buku, sebab aktivis itu perlu kegiatan yang menantang. hahahahaha...

---ditulis lebih lanjut--- [lanjutan ini ditulis setelah sekian bulan tulisan di atas dibuat, jadi aku agak lupa motivasi apa yang membuatku menulis itu, padahal motivasi awal itu menjadi sangat penting untuk menjadi roh tulisan ini: sekalipun aku merasa kita tak usah mengklaim bahwa tulisan kita punya roh atau semangat tertentu untuk ditunjukkan pada orang lain]

menurutku kita semua berhak merasa keren, sebab itu adalah hak bagi sekelompok mahluk yang memiliki kepintaran untuk merasa, apapun itu; merasa kaya, merasa ganteng, merasa kuat, merasa berkuasa, merasa tak punya apa-apa, yeah pokoknya kita berhak lah untuk merasa selama kita punya perasa. dan menjadi aktivis bagiku hanyalah soal perasaan, apakah kamu merasa jadi aktivis atau bukan itu ditentukan perasaanmu sendiri. dan aktivis hanyalah sebuah klaim untuk membesar-besarkan diri, untuk membuat dirinya berada di kasta yang lebih terpandang daripada sekadar menganggur atau bekerja tanpa klaim. tapi kuingatkan bahwa ini hanya klaimku, hanya subjektivitasku.

kukira, semangat awalku menulis ini adalah untuk menyampaikan bahwa sebetulnya orang baik itu hanya soal persepsi. tulisan di atas kubuat jauh sebelum akun yeah-yeah di twitter booming, sebelum para wartawan menampilkan dosa2 mereka, sebelum para aktivis lsm menampilkan kemunafikan paling telanjangnya, dan bagaimana modus para redaktur mengibuli reporternya. kukira sejak awal aku sudah mengakui bahwa orang yang mendaku sebagai aktivis adalah orang2 yang sedikit berguna di dunia. mereka lebih banyak mencari citra, menampilakn topeng dan ingin dihargai sebagai pahlawan kemanusiaan sekalipun dalam bayangan yang paling kecil dan redup.

aku di code hanyalah sebuah kebetulan. tak ada niat baik di dalamnya. hanya ada sebuah pemanfaatan atas situasi baik dari seorang yang mendapat situasi buruk. mendapat pertolongan berupa tempat tinggal gratis sudah cukup menggiurkan bagi orang macam aku ni. itu luar biasa, tentu saja, karena aku sendiri tidak pernah merasakan memiliki rumah; rumah yang kuanggap sebagai asalku telah terjual atau sebetulnya terlantar dan lalu hancur oleh pembiaran di kalimantan sana. maka, sebuah tumpangan kontrakan di code adalah pintu yang baik untuk sedikit merasa aman dari tagihan uang sewa. dan tentu saja sungai! dekat sungai! punya rumah dekat sungai, dekat air, adalah sesuatu yang amat menyenangkan. kau bisa melihat bayang-bayangmu di air sungai tiap hari. kau tak perlu bermimpi memancing ikan, karena kau bisa melakukannya tiap hari.

aku beraktivitas sekadar sebagai kesenangan belaka, jika kemudian aku mengatakan bahwa itu sebuah tindakan seorang aktivis sosial tentu aku tengah berbohong padamu. kau bisa mengugatku, sampaikan pada hakim agung tentang kesalahan seorang yang mendaku sebagai aktivis maka kau bisa melihatku dipenjara, dan mendapat tumpangan tempat tidur lainnya, dan semua itu akan tampak sama saja; hidup hanya untuk meneruskan napas yang diberikan tuhan yang menyukai permainan akan hidup.

aku juga mencuri. harus kukatakan itu, mengingat dosa seseorang tak akan terhapus sekalipun dia tidak mengakuinya di pengadilan. dan ini adalah sebuah kultur keren orang-orang yang jenuh dengan hal-hal biasa. ini yang dilakukan para manula di jepang dan sebagain orang-orang kaya di amerika, mereka menyebut sebagai hobi atau klepto. sayang sekali, aku mencuri sebagai tindakan keren, tindakan menahan laju penuaan dini pada sebagian orang yang merasa hidupnya tidak kan cukup panjang di dunia. seorang aktivis adalah pencuri dari masyarakat itu sendiri. mungkin ini terdengar sebagai ucapan klise belaka, tetapi kita sudah mengenal banyak NGO yang dibiayai dari uang rakyat dan hanya untuk menyenangkan sebagian orang yang disebut aktivis tadi. atau NGO yang dibiayai dari sejumlah sisa konsumsi di negara ketiga, dari sebagian perusakan hutan dan mengotori langit satu-satunya ini. dan mereka tetap bisa tertawa tiap sore sambil melihat mataghari tenggelam, atau menuntun anjing-anjing lucu mereka ke taman, ataupun sekadar duduk dan menikmati lamunan di akhir pekan.

apakah para aktivis tidak pernah bersih? sekali lagi ini hanya subjektivitasku saja. ini hanya sebuah klaim yang keterlaluan dari orang yang tidak pernah berjasa pada bangsa dan negara. para pencuri seringkali tidak sadar, atau kita menyebutnya sebagai orang yang terlibat dalam mata rantai pencurian tanpa mereka sadari. kita bisa menatap goenawan mohamad dengan kegauman dalam karya-karyanya, tapi kita juga melihat dia dibiayai bakrie dengan segala trik dalam bisnis2nya. atau bagaimana orang seperti TW berjuang untuk menjadi seorang pahlawan pangan dengan kontribusi besarnya terhadap pertanian tapi dia memainkannya dari balik pelacuran, dari bisnis lendir beromzet triliunan. ahay, hidup bukan untuk diungkit jadi sebuah polemik, kita cukup dudukdan menikmatai kebaikan diri sendiri yang kita rasakan dari dalam hati kita karena telah merasa melakukan pekerjaan dengan benar dan mendapat hak-hak kita. hidup hanya perlu ditambahi sedikit lagu dan filem tanpa harus mendengarkan suara chin saw di kedalaman kalimantan sana, toh kita jauh dari seluruh kaitan itu.

ahay! kukira lanjutan tulisan ini memiliki semangat yang berbeda. hanya saja, aku menemukan kegembiraan dalam caraku menulis ini, sebuah pembebasan, sebuah ruang yang bisa diduduki tanpa busana, tanpa kita celanai kaki jelek kita, tanpa kita bajukan tubuh yang makin tak berbentuk. ini dunia tempat kita bisa terus bertanya atau menjawab, tak ada banyak bedanya, apalagi kalau kita tidak pernah berpikir. kurasa aku sendiri mearaskan betapa picik dan sempit aku berpikir, betapa tebatasnya lingkup yang bisa aku jangkau. tapi tidak masalah, itu sudah agak keren dibandingkan tidak melakukan apa-apa, sekalipun ada yang sangat keren dengan tidak melakukan apa-apa. tuhan? ah, sok tahu kau!



(maaf jika ada kesalahan, aku belum sempat membaca ulang dan langsung kutayangkan! ahay! hidup keren!)