Dalam beberapa momen, aku menemukan pertemuan yang mungkin disebut kebetulan, meski menurutku bukan. Pertemuan antara sebuah keluhan di jogja, dengan sebuah kesempatan di jakarta. Semalam, ketika wendi sms dan mengabari kondisi code yang masih belum pulih (rumah kontrakan hancur, barang-barang rusak, adik-adiknya minggat, dan kegundahan lainnya) tiba-tiba sebuah sms lain menyapa untuk minta ide tentang apa yang bisa dilakukan beberapa orang yang siap mendonasi untuk code. Masing-masing sms hanya berselang detik.


Aku tidak percaya teori kebetulan dan kukira itu bukanlah sebuah kebetulan. Masing-masing orang bergerak dalam ritme masing-masing, dan kalaupun mereka bertemu kepentingan, maka masing-masing adalah usaha. Kebetulan hanyalah cara kita menamainya. Dalam kejadian itu, angka probabilitasnya sendiri cukup besar, hiehehehehe.

Awal desember lalu banjir lahar dingin merusak banyak rumah di daerah yang dilewati sungai code. Di jogoyudan, anak-anak yang mempersiapkan ujian semester tiba-tiba kehilangan buku-buku yang harusnya mereka pelajari. Buku-buku yuri terendam banjir, jadi tak berbentuk. Rumah thalia terendam pasir. Rumah jati hampir roboh. Rumah kontrakan mae esti sudah tak layak pakai lagi (bahkan sebelum banjir pun rumah macam itu sudah tampak tidak begitu layak, terutama dengan kamar mandi yang bagiku adalah sebuah ‘mimpi buruk’).

Tapi, kadang aku merasa bahwa tiap musibah telah membuat kita lebih baik. Orang-orang dengan cepat belajar untuk memberi (meski aku sangat benci dengan pemberian pakaian bekas yang disebut pakaian layak pakai itu). Kukira, setiap orang juga memiliki sisi penolong yang lebih besar daripada sisi penyelaka. Mereka begitu cepat beraksi ketika sesorang meminta membelikan buku-buku untuk anak-anak itu, seolah mereka tak memiliki kesibukan.

Di sisi lain aku juga belajar untuk bermuka tembok. Sesungguhnya agak memalukan juga, bagiku, meminta bantuan kepada orang lain, khususnya terkait materi yang tidak kecil. Aku lebih suka meminta bantuan orang untuk bisa mengajar di code dibandingkan meminta mereka membelikan buku tulis untuk anak-anak. Padahal, (menurut prasangkaku kepada orang-orang itu) mengajar anak-anak di code jauh lebih berat daripada mengeluarkan 20 ribu. Mereka bahkan dihadapkan pada risiko kehilangan yang lebih besar dengan mengajar di code. Dari kehilangan sandal sampai kehilangan motor.