Selasa pagi tengkukku sakit, mungkin beban sejuta umat... (halah!) Dan, tiba-tiba aku ingin menyatat, entah apa nanti, di sela-sela perjalanan mengarungi malam-malamnya ruang sempit 3x3. Mencatat apa? Aku enggan menulis jurnal dalam sebulan ini, enggan memasuki ruang-ruang sepi yang ditinggali "sang marah". Enggan juga menyapa batin masa lalu itu untuk bercakap-cakap. Aku banyak menyembunyikan sakit hati, mengoleksinya di sana, seperti anak kecil mengoleksi bungkus rokok yang ditemukannya di jalan (dulu aku mengoleksi bungkus permen untuk dijadikan uang-uangan, bungkus korek api, dan beberapa barang "sampah" yang di mata kanak-kanakku adalah harta karun).

Tiba-tiba aku pergi jauh... ke masa puluhan tahun, jadi anak kecil di pelosok Kalimantan. Ah, ya ... aku selalu ingin menggenggam masa kecilku erat-erat, aku takut kehilangan kenangan itu, aku mau tak ada yang mengambil masa itu. Aku ingat, 15 desember 1985, hari kelahiran adikku ... umurku 2 tahun lebih, dan gambar-gambar itu tidak pernah hilang dari kepalaku. Aku bermain dengan teman-temanku saat ibuku akan melahirkan, kalau tidak salah aku berlari ke rumah tetangga lalu memberi tahu mereka ... lalu, mereka menyuruhku main, bersama Gapri, Roji, dan Solikin ... (mereka masih ingat) di kandang kambing, dan aku menangis karena diseruduk bandot.
Lalu, setelah kelahiran adikku, aku di suruh menginjak sesuatu yang berwarna merah, sebagian pastilah darah, (kemudian hari aku diberitahu kalau itu ari-ari)agar adikku tidak 'nglunjak', benda itu ada di baskom seng warna hijau-loreng-putih, yah... masih terasa, aku meronta dan menangis karena tidak mau menginjak benda itu... mengerikan sekali, harus menginjak darah ... bagian dari adikku, bagian dari ibuku.

Aku kadang pergi ke kenangan-kenangan semacam itu saat demam, lalu muncul mimpi yang secara aneh datang pada waktu-waktu aku sakit, sejak aku kecil hinga aku besar ... beberapa kali semasa aku masih kuliah. Mimpi yang membuatku penasaran dan ingin tahu, mengenai apakah mimpi-mimpi itu datang.

lalu, aku pergi ke beberapa bulan yang lalu, ketika mengantar mak Esti ke Kricak untuk mengambil Ida. Ida sering minggat dari rumah, dan akulah korbannya yang diminta nyari di malam-malam dingin... dan Ida terakhir pergi sebelum lebaran. Sudah lebih dari seminggu ... dicari ke sana kemari tidak ketemu, akhirnya denger-denger mbok Tomblok sudah mengambilnya. Cerita ini terlalu ruwet dan panjang untuk diceritakan, terlalu banyak narasi sedihnya, jadi tidak perlu diantarkan pada orang yang tidak perlu mendengarnya. Yup, langsung ke posisiku saja... Tiba-tiba, aku berada di tempat yang dulu sekali, waktu umurku setahun, pernah kutinggali. Panti sosial, di Kricak.
Ayahku pernah bercerita sedikit, dan aku tidak mau mengulang,,, aku hanya ingin menngatakan bahwa jalan hidup ini mampu menyusuri masa lalu lebih baik daripada yang pernah kubayangkan.

Barangkali, di sinilah aku menemukan daya tarik masa lalu.