Di Sebuah Laut Senja yang Mulai Melandai


aku merindu pagi yang khusuk menyesapi embun
yang tak dideru suara televisi dan mangkuk pecah
aku merindu angin yang sepoi
yang mengantar riwayat masa lalu
aku merindu siang yang terik tanpa penghalang
yang menerjang bagai keperkasaan sang hyang
aku merindu awan yang gontai
yang melabur langit dengan kecupan pelan
aku merindu jalan yang lengang
yang kehilangan kebisingan dan jauh menajam ke titik dimana kita berbagi masa depan
aku merindu daun yang jatuh
yang kering oleh peran
aku merindu kanak yang mengejar layang-layang
yang disulut bahagia di sebuah senja
aku merindu kau melayarkan kapal kertas
di sebuah laut senja yang mulai melandai
aku merindu ketukan di pintu
di sebuah hati yang ingin jatuh dalam pelukan
aku merindu senjamu yang galau
di pantai tempat aku menatap dan kau menghindari
aku merindu malam yang sengau
di sebuah pesta yang kehilangan seorang pencerita
aku merindu musim yang tak menentu
dimana kau datang menenangkanku

25 March 2011



Kita Sama-sama Naif dalam Memikirkan Satu Sama Lain


dunia antah berantah, aku ingin berbantah dengan optimisme mu yang berlebih,
aku tidak pernah yakin bahwa ada keadilan yang bisa ditanam dengan selamat hingga panen tiba
aku benci harus menemukan orang penuh semangat bicara soal sama rata,
aku ingin kita berbagi kenyataan saja, meski rasanya seperti empedu yang dituang tanpa sempat kita tambah gula
dunia ini bukan wajah seorang presiden yang bisa saja bertopeng sinden
dunia ini bukan prasasti milik raja-raja yang namanya bersambung pada seribu turunan
dunia ini bukan luapan motivasi di televisi yang ingin mencerahkan hati perempuan yang dijajah sejarah
dunia ini bukan hitungan matematis mengenai jumlah manusia
dunia ini bukan hanya berisi senja yang menjadi sajak sejuta umat
dunia ini tidak akan sembuh hanya karena tersiarnya cita-cita
dunia ini tak memiliki kesungguhan untuk berterus terang bahwa kita saling membenci
ah, dunia antah berantah, apa kau tahu kita sama-sama naif dalam memikirkan satu sama lain?
25 March 2011

Aku Kesepian Jika ….


hai bianglala di ujung hujan, maukah kau antarkan pesan warna hatiku pada jendela tempat ia mengintipmu? biar kutuliskan sebentar tentang rindu yang mengguyur soreku, sebab dia tak berani membuka pintu dan membiarkan tempias masuk untuk mengganti tangisnya yang sejak kutinggalkan jadi seperti sungai yang menghanyutkan kenangan. aku tulis bahwa warna-warna dunia lebih indah daripada kusamnya penantian yang hanya membuat ia menjadi resi beruban.  coba tanyakan pula, kenapa ia tak mau melupakan, meski aku tak mungkin kembali untuk menghangatkan tangannya dan membisikkan sedikit pujian. tidakkah dia menginginkan aku bahagia dan dilepas dengan lambaian tanpa perlu menjadi beban bagi masa depan.
ah, bianglala yang melewati pohonan, sampaikan hangatku yang tak lagi kumiliki, biarkan dia menggenggamnya untuk dunia yang masih berjalan. katakan, sekali-kali aku bisa datang dan menemaninya menulis sajak di bawah lilin sambil mendendangkan salah satu lagu kesukaannya, “you rise me up.”
bianglala, aku kesepian jika dia membiarkan diri terkurung seperti pelamun tua yang tidak lagi memahami keindahan dan tak lagi membangun kehidupan seperti yang dijalani kanak-kanak kami dulu. aku kesepian seandainya ia hanya diam dan tak lagi tertawa seperti pemuda lain yang sedang jatuh cinta. aku kesepian jika dia melamun seharian di tepi jendela dan hanya memandangi dermaga, tempat kami dulu bergendeng tangan sepanjang senja. aku kesepian jika dia hanya mengingat masa lalu tanpa menyadari kesederhanaan mulia dari arti hari ini bagi tumbuhnya harapan. aku kesepian jika dia tak lagi pergi ke pantai dan berkenalan dengan perempuan lain untuk diajaknya menari di pesta tempat merayakan sejenis malam yang dianugerahi kelip bintang dan keceriaan. aku kesepian jika dia terus-terusan membawa bunga yang sama pada nisan dengan namaku di sana.
ah, bianglala, tuliskan kesah ini pada angin yang membisik ke rumahnya.
26 March 2011

Memeluk Kecewa

yang memucat, yang dirundung malu dan kecewa, siapakah gerangan yang mampu menakar seluruh beban kehidupanmu? kita berada di dunia hiburan yang lebih sering memamerkan kekecewaan. kita lekas menyalahkan padahal tidak tahu apakah kesalahan itu sebetulnya.
ah, sini, kupeluk kau sang kecewa. kita hidup bersama seperti kekasih yang mencari senja, dan kebetulan hanya hujan yang kita punya, tapi kan kita masih bisa membuat permainan dari airmata yang kelewat tajam. kita bisa berdekapan dan saling menghangatkan di bawah seluruh tekanan. sambil memegang tangan dan menguatkan, bahwa kehidupan tidak perlu berhenti pda titik kecewa, kehidupan kita jauh lebih berharga daripada yang dicampakkan manusia lain.
kecewa, kau bukanlah iblis yang kebetulan terjaga di dalam hatiku. kau adalah resi yang mengajarkan bahwa hidup tidak berhenti pada kebahagiaan atau kesedihan. hidup jauh lebih berhargaan dari satu dua perasaan yang mencoba menipu manusia. perasaan bukanlah hal-hal di luar kendali kita. dalam perasaanlah kita berdamai dengan dunia, dan bukan untuk memusuhinya. hei, kecewa, kau mengajarkan aku banyak hal yang tidak pernah ditulis para guru, yang tak pernah disajakkan para penyair.
kemarilah kecewa, aku akan memelukmu seperti seorang kekasih.
28 March 2011

diposkan pada akun bayangan bernama melissa