dulu ada yang mengingatkanku agar tak berubah dari seorang taufikul yang dia kenal. dulu itu membuatku sedikit tersanjung. dia baru kukenal di jogja. dia pernah kuajak menyeberangi code dan memacing ikan. dia kukenalkan pada anak-anak dan kegiatanku di sana. mungkin karena itu dia berpikir bahwa apa yang kulakukan adalah tindakan baik dan segaris dengan nuraniku.

lalu, aku sadar itu hanya omong kosong saja. aku bukanlah yang mereka kenal, sebagaimana aku juga tidak terlalu kenal dengan mereka. aku pun tidak tahu pandangan hidup manusia2 itu, aku hanya tahu sedikit mengenai diriku.

mungkin aku terpaksa mengungsi ke jakarta karena tuntutan hidup, tapi kupikir itu adalah jalan yang terbaik untuk mengajarkan kehidupan yang berbeda-beda padaku. kecilku di kalimantan, lalu pindah ke boyolali dan sekolah di salatiga, lalu ke jogja, dan sekarang di jakarta. dan aku masih bermimpi untuk tinggal di teluk pamukan, bukan di code. aku ingin tinggal di rumah panggung, dekat laut, dan bisa menanam pohon di kebun.

bagiku, tak ada keputusan yang tepat kecuali yang sudah kita ambil. aku tak bisa memilih ulang ketika segala sesuatunya telah bergulir. aku pun tidak berharap mengulang sesuatu di masa lalu, dan karenanya aku menyukai kenangan; sebab di dalamnya aku bisa ke mana pun aku mau.

dan hari ini, hari dimana kita menjalani segala sesuatu, kita juga mempertaruhkan untuk jadi kenangan.