sabtu kemarin, seorang teman tiba-tiba mengajakku pergi ke bogor. tapi, dia sendiri tidak tahu tujuannya apa, pokonya pergi ke bogor, soal mau ke mana dipikir nanti di perjalanan. maka, jadilah pagi itu aku pergi ke gambir. di gambir aku datang tepat jam 8.00 wib, seperti yang dia minta. tapi dia terlambat. lebih parah lagi si iwan, yang harusnya juga datang pada jam yang sama denganku, ternyata terlambat hampir sejam.


sebetulnya aku juga males bangun pagi, tapi karena belum pernah ke bogor maka, jadilah aku mandi pagi-pagi biar tercium wangi. hehehe, sebetulnya aku juga bosan di rumah saja, sekalipun aku punya agenda macam2. 

kami naik kereta api listrik ekspress, pakuan. kereta itu berangkat sekitar pukul sepuluh dari stasiun gambir. kereta agak lengang. kami bisa duduk dan ngobrol gag jelas. si iwan ternyata jadi staf kusus di kemenpora. waktu pulang aku sempat ditawari masuk sana, jadi jurnalis internal. karena bla bla bla aku tolak. 

di belakang sana itu, kata temenku, artis, katanya sih, toh, siapa yg  peduli
saat turun di bogor, kami bingung. tidak tahu arah. tidak tahu angkot mana yang bisa mengantar kami ke ..? aku tidak tahu yang ada di kepala para perempuan jika mereka bepergian. 

pada masa kolonial belanda, bogor dikenal dengan nama buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit'-) yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman tenteram". kata buitenzorg itu mengingatkan pada kursi handmade si om tua di rumah rapuh samping masjid. laki-laki tua itu melukis kata-kata itu di atas sebuah kursi kecil, kursi yg biasa digunakan ibu-ibu di pawon, atau kadang digunakan duduk ketika sedang mencuci pakaian. 

Add caption
kupikir bogor hanya terkenal karena kebun raya. tapi teman2 membawaku ke tempat makan. namanya maccaroni panggang, mp. kami makan sambil menikmati hujan. aku memesan pepes jamur. jamur adalah kesukaanku sejak kecil. ayah bisanya mencarikan kami jamur kayu dari hutan. jamur itu biasanya didapat pada musim hujan, menempel pada batang kayu besar yang telah tumbang dan membusuk. warna jamur itu putih dan berserat, lebih enak daripada daging ayam. rasa kenyalnya sangat menyenangkan. dan karena kami sangat jarang makan daging, jamur adalah makanan istimewa. jamur yang didapat biasanya juga tidak banyak, jadi hidangan itu jadi seperti sajian hari raya. dengan jatah yang sedikit, masing-masing orang merasakan nikmat yang luar biasa. mungkin agak sama kondisinya dengan mie instan, sekalipun beda rasa. di kalimantan mie instan termasuk benda mahal, barang yang jarang bisa kami nikmati. walau begitu, kadang ibu membeli sebungkus mie instan. waktu kecil, aku hanya memahami satu cara memakan mie instan, yaitu menjadikannya sayur dan digunakan makan satu keluarga. satu mie instan bisa untuk menghabiskan nasi satu panci. mungkin karena kuahnya yang begitu banyak dan masih dicampur dengan sayur-sayuran. baru setelah pindah ke jawa aku tahu, kalau mie instan sejatinya dimasak untuk satu orang. padahal, dulu ibu sering memasak satu mie instan untuk dua kali, dengan cara memotongnya menjadi dua. satu untuk sarapan, satu lagi untuk makan malam. 

kembali ke bogor. kami makan cukup lama. biasanya aku tidak suka makan lama-lama, aku benci harus menhadapai makanana terlalu lama. tapi karena suasananya menyenangkan, ya jadi tidak masalah. kami banyak bertukar cerita, tapi lebih banyak bicara tentang masa lalu. aku bahkan baru tahu dosen-dosenku dulu itu ternyata juga doyan mabuk dan perempuan. 

selesai makan, kami ke factory oulet. nah, ini dia.... yang bikin aku ngeri diajak pergi perempuan. harus jalan-jalan diantara tumpukan pakaian tapi sebetulnya tidak tahu mau beli apa dan tidak berminat membelinya. aku benci harus berkeliling di antara kaos-kaos, bergerak dari satu pajangan ke pajangan lain, pura-pura memgang dan memeriksanya, hanya agar tidak terlihat kalau aku sekadar iseng saja masuk ke sana. huh... meski akhirnya aku ikut beli juga, sekadar agar tidak merasa sia-sia sudah datang jauh-jauh dan mengelilingi tumpukan baju. 

dari sana, kami ke kebun raya. sudah sore dan mendung. tempat itu sepi-sepi saja. ternyata kebun raya tidak seluas yang kubayangkan. aku lebih menyukai hutan-hutan di kalimantan yang penuh oanak dansemak, dan binatang-binatang buas, juga sangat luas dan tidak kuketahui tepinya. 

kami pulang malam. kereta pakuan lebih sepi lagi daripada waktu kami berangkat. kereta itu panjang sekali (ya iyalah, mana ada kereta api pendek?). karena itu kereta ekspress, aku tidak bisa berhenti di tebet. jadi harus ikut sapai gondangdia. sedangkan teman-teman bisa turun di juanda. dari gondangdia aku harus naik kereta ekonomi ke tebet. murah, daripada naik angkot, hanya 1.500. tapi.... ternyata kereta itu penuh manusia, berjubel sampai ke atap-atapnya. di dalam, kita seperti sekumpulan hewan, berimpitan. ini mengingatkanku pada film2 nazi yang menggambarkan para tahanan dibawa dengan kereta dalam keadaan berdesak-desakan. ada suara bayi nangis, suara ketawa-ketawa, tapi jauh lebih banyak manusia yang diam saja, seolah tiada siapa-siapa di sampingnya. tiapa berhenti di stasiun, jumlah yang ikut semakin banyak. ternyata, bis kota yang biasa kunaiki kalah kejam daripada kereta listrik ekonomi. 

akhirnya, bisa narsis juga!