Lewat 3 tahun menjejaki jakarta, metropolitan dengan sembilan juta nyawa berseliweran.

Ah, sekalipun tidak secara total terbebas dari semacam ikatan pada code dan sebagainya (karena beberapa minggu lalu masih sempat dikontak si wendi yang minta uang setelah berhar-hari tidur di kantor polisi), setidaknya sekarang aku bisa bebas makan lebih dari tiga kali sehari. Hore!!!

Yah, harus kuakui bahwa ini adalah kemajuan sangat berarti sekalipun tidak terlalu berharga. Setidaknya aku tidak lagi bergantung pada pemberian sepiring nasi tiap sore sehabis mengajar ngaji, tidak lagi membakar kertas-kertas dari buku agama dan pelajaran matematika hanya untuk memasak semangku mie, tak usah bersusah-payah mengumpulkan kayu sebagai simpanan amunisi menyalakan api, tak butuh ke lembah untuk memancing ikan buat lauk bagi tubuh... Ah ya, nikmat sekarang, macam terpecik surga saja. Mau makan tinggal beli, ATM selalu terisi (sekalipun tak selalu bisa ditarik uangnya).

Yah, nikmat 2013 ini.. Tak pernah terbayang. Jelas, dulu yang kubayangkan bagaimana menjadi penjahat kelas teri, mencuri buku perpustakaan dan mencari siapa mau beli.

3 tahun lebih lah ya.. Ya, diselingi kepergian ibu, tentu saja. Orang yang kami sayangi menyerah digerogoti kanker, membujur kini bersama bumi. Tak banyak kulakukan untuk beliau yang berani menerjang pedalaman kalimantan demi para kurcaci yang merengek minta dibelikan celana.

Ah, ya, bersyukur kami masih bisa hidup kini. Ya, toh nasib orang miskin mesti disyukuri meski tinggal sekali napas sudah itu berhenti, dan mungkin saja tak pernah berguna bagi dunia, hanya demi perut sendiri. Tak apalah, tak perlu hal-hal besar bagi orang macam kami untuk bisa tertawa dan bergembira. Tiga piring nasi setiap hari, boleh jadi melebihi ekspektasi.

Mimpi-mimpi kami.. Oh, barangkali terhapus hujan, atau kelewat sering dibicarakan, tak pernah diusahakan.. Jadi, kadang-kadang memang perlu dilupakan, perlu dipendam dalam-dalam, dan kemudian nikmati kehadiran segala sesuatu. Hm, sudah baguslah kami tak jadi penjahat kelas teri.. Dan kukira akhir-akhir ini aku telah kaya.

Ya tentu saja 3 tahun tak cukup untuk mengoleksi Mercy, tapi bolehlah kami bangga dan menepuk dada: kami bisa makan 3 kali sehari! Kami bisa bayar pajak pph, bukan hanya pajak ppn atas segala barang dalam kemasan. Kami bisa bayar listrik, bayar bis, bayar taksi, bayar tv kabel pun bisa! Tak pernah terbayangkan di masa kanak-kanak dulu, tentu saja, yang hanya bisa gembira menumpang colt ke ibukota kecamatan sambil bersenandung dalam debu jalanan di transmigran. Ahay, kaya sekarang.. Hanya 3 tahun dan tak pernah kami mengira, hidup bisa sehebat ini.

Tak apa kan jika di masa lalu kami lakukan kebusukan khas orang-orang butuh makan, tentu dunia maklum dan mengerti. Dan apalagi sekarang, kami bisa paham kenapa masih ada pencuri dan pencopet kelas teri.. Kami paham, kami maafkan, kami beriringan dalam solidaritas yang sedikit keji ini. Tak apa, kami maklum. Sebagai orang kaya kami tahu dukanya sang predator dalam perut, penampung nasi itu tak bisa diisi batu. Tak apa, sebagai orang kaya sekarang aku paham apa mau mereka, artinya mereka masih hidup dan menghargainya dengan segala upaya. Penjahat kelas teri, kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas kontribusimu pada pembangunan bangsa dan negara.


-Sent from my blackcoffee-