Ngeblog dari blacberry tampaknya lebih hemat energi, lebih mudah, dan jelas bisa dilakukan dari dalam sebuah angkot yang terjebak macet.

Pengalaman dengan wordpress membuatku sadar, banyak hal hilang dalam pikiran dan menulis remeh-temeh di tengah aktivitas dapat membantu ingatan, menyimpan ide, dan ruang bagi hal-hal baru yang seringkali terlalu cepat pergi.

Menulis dengan teratur jelas bukan gayaku, tidak pula terstruktur. Karena itu, tulisan acak seringakali bisa membantu menangkap perjalanan pikiran sendiri. Bagaimanapun, kita tak bisa lepas dari upaya membangun hal baru dalam pikiran jika masih mau bergerak.

Mempublikasikan setiap pikiran ke dalam blog bisa jadi hal bodoh, tapi mungkin saja kita tak tahu pemikiran remeh-temeh ini menjadi ancang-ancang orang lain di lain waktu untuk bergerak lebih maju. Kita tak mesti tahu nasib anak-anak yang kita lahirkan.

Orang yang membaca tulisan-tulisan kita, mungkin soal masturbasi atau cara menemukan bintang di angkasa, bisa dengan sinis atau sukacita menelannya atau memuntahkannya. Atau mereka akan mengolok-olok kita sebagai tukang curhat dunia maya. Kalau aku sih, bukan persoalanku; itu benar-benar persoalan mereka sendiri.

Bisa jadi juga, menulis macam ini tiada gunanya. Dan kita mesti terima risiko macam itu. Anda bisa jadi hanya sampah yang menganganggap diri sendiri sebagai orang pintar. Di dunia, itu adil.

Kalau Anda tak dianggap orang lain, itu masalah mereka.

Nah, kupikir aku menulis macam ini juga sekadar menunjukkan bahwa aku pernah memikirkannya. Kupublikasikan dengan segala risiko dianggap kotoran, aku terima dan aku senang. Aku justru tak begitu suka menulis sesuatu yang berguna untuk kalian, aku tak suka membuat kalian bahagia, aku tak ingin menyediakan tips-tips mengolah daun singkong menjadi makanan terenak di bumi. Ah, aku tak sanggup jadi orang yang berguna macam itu.

Maafkan.



-Sent from my blackcoffee-