perjalanan ke jogja adalah perjalanan menuju kenangan, pikirku sebelum berangkat ke jogja kamis pagi, 3 februari. memanfaatkan hari libur imlek dan hari kecepit, kuniatkan mengunjungi jogja. sudah lama rasanya tidak ke jogja. rasa ingin berkunjung semakin besar karena peristiwa merapi dan banjir lahar di code. dan setelah sekian bulan menanti saat yang tepat, maka berangkatlah fajar utama membawa tamu bagi jogja (duileeee).

jatinegara. ini pertama kali aku berangkat ke jogja lewat stasiun yang sering kulewati tiap pagi. dan itulah perjalanan kereta pagi hari pertamaku ke jogja, perjalanan yang menyenangkan meski aku tidak duduk dekat jendela.

rencananya yosi akan menjemputku di stasiun tugu, karena itu aku tidak terlalu khawatir tentang tujuan (mengingat code kemungkinan dalam kondisi tidak sehat untuk menerima tamu dari jakarta, hahahahaha). turun dari kereta aku langsung mencari tempat pemesanan tiket, siapa tahu masih ada kereta untuk tanggal 6 februari. ternyata sudah habis. jadi, aku akan naik progo pulangnya ke jakarta. sambil menunggu jemputan, aku makan di angkringan di dekat pintu masuk stasiun tugu. makanan itu bencana pertamaku di jogja.

setelah menunggu beberapa saat, muncullah intan. ah, rupanya bukan yosi, padahal aku sms-an dengan orang bernama yosi di hape. kukira isu-isu itu benar adanya, bahwa yosi dan intan kini berdekatan seperti dua magnet beda muatan. intan tampak masih seperti dulu, dengan jaket yang sama, senyum yang tak berubah, dan sapaan yang tetap menggoda “ikul” (sapaan ini diciptakan oleh akhwat). hanya motornya yang beda. motornya jelek! platnya H. dan ternyata itu motor kakaknya intan yang sekarang pindah kerja ke bandung.

sebetulnya aku minta diantar dahulu ke tukang cukur rambut favorit orang-orang cerdas jogja, “Kompak,” yang menggunakan gambar einstein berambut acak-acakan dan tidak pernah cukur itu. bagiku, ‘Kompak’ mesti dicoba kalau berkunjung ke jogja, selain cukur khas suroboyo di jalan simanjuntak. Kompak ini tempat cukur paling sukses di jogja, dengan banner terkenalnya “tempat cukur cowok cerdas.”

intan memutuskan membawaku lebih dahulu ke tempat yosi, sebab katanya yosi juga akan cukur rambut. di kos yosi, semuanya masih tampak seperti yang lampau-lampau. yosi semakin gendut. di kamar sebelahnya ada surip, dengan seluruh majalah gatra-nya. koresponden gatra yang belum lulus kuliah itu sama kurusnya dengan yang dulu-dulu. tapi kini dia sudah pegang laptop.

setelah acara kangen-kangenan (padahal cuma salaman dan guyon tidak jelas), aku dan yosi ke Kompak, tempat cukur cowok cerdas. ini benar-benar langkah cerdas, sebab cukur di sini memang menyenangkan, cepat dan paham bentuk kepala. di jakarta, kalau aku cukur, kepala diperlakukan seperti padang rumput penuh batu. cara motongnya kasar dan tidak berperikerambutan. sedangkan di kompak, selain cepat, cara motongnya lebih halus.

aku potong di sebelah seorang cewek yang juga sedang potong rambut. karena itu tempat potong cowok, maka si cewek dipotong gaya laki-laki. entah, apa itu gaya laki-laki sebenarnya.

di kos yosi aku menemukan buku berjudul “revolusi sebatang jerami.” hm, rupanya masih ada revolusi di jogja, hahahahaha! dan buku-buku menumpuk di mana-mana. sebagian buku-bukuku juga kutitipkan di kamar itu. entah ditumpuk di bagian mana. sebagian hanya catatan-catatan pribadi yang jumlahnya mungkin sekardus. aku sedang enggan mencium aroma usangnya. juga ada sekardus surat-surat dari sekian banyak sahabat penaku di masa lalu.