tiba2 aku berpikir tentang hal itu. hm, tiap kali ada sakit luar biasa, aku merasa bahwa lebih nyaman kalau diriku mati. seolah, sakit itu selesai dengan mati. mungkin, itulah mengapa banyak kasus bunuh diri karena soal sakit menahun. sekalipun aku ikhlas terhadap sakitku, dari korengan, alergi, sampai maag akut, nyatanya sakitku ini bikin aku berpikir sesederhana itu. bukan lagi obat atau penyembuhan yang diinginkan, tapi suatu putus hubungan secepatnya dengan kehidupan. hemm, konyol memang, tapi kurasa itu masuk akal.
baiklah, sejatinya aku masih ingin hidup, sama seperti manusia-manusia sakit yang lain. tapi, hal macam itu kadang bukan sesuatu yang benar-benar penting. dunia sendiri tak akan pernah benar-benar kita rengkuh sekalipun kita melakukannya dalam seribu tahun, sedangkan rata-rata kita hanya bisa memelihara nyawa pada jarak puluhan tahun, itupun dikurangi sekian tahun tidur, sekian tahun masa kanak-kanak, sekian tahun bermain, sekian tahun melamun, sekian tahun stress, sekian tahun, sekian... dan hanya beberapa tahun saja yang benar2 membuat kita mengejar dunia.

hah, dahulu aku masih sanggup menikmati sakit-sakitku. bahkan aku memanfaatkannya untuk menulis. dan kukira sakit itu sangat berguna agar kita berpikir, agar kita memberi makna, dan merenungi. sekarang, aku berpikir lebih enak mati daripada menanggung sakit begini. adakah cara tak menyakitkan untuk mati? bunuh diri jelas cara yang sangat menyakitkan, kurasa. apalagi, ketika hal itu didahului dengan pikiran untuk bunuh diri.
sebetulnya, aku bersyukur masih diberi sakit, diberi rasa sakit. bahwa hal ini adalah pelebur dosa-dosa adalah sebuah penghiburan yang menyenangkan, mengingat menggunungnya dosaku.
aku tak suka ke dokter karena harus membayarnya. konyolnya....
tiba2 aku merasakan bahwa kopi adalah sebentuk fanatisme yang menyeburkan pecandu ke dalam sakit tak terkira ini. kadang, aku mengira diriku memiliki sakit yang lebih parah daripada yang kualami ini. tapi, itu hanya sebuah perkiraan kosong. dan kurasa, bukan kekhawatiranku yang besar, melainkan kekhawatiran orang lainlah yang menyakitkan. orang yang dihilangkan hanya merasakan sakit sejenak, sedangkan orang yang kehilangan merasakannya berkepanjangan. orang-orang mati mungkin malah merasa kasihan pada orang-orang yang hidup, yang menangisinya ketika mati. ironi yang belum terbukti, mengingat belum ada orang mati yang mengatakannya demikian.
huh, kadang, hidup juga terasa konyol ya... kita bisa hidup sederhana, tapi memilih hidup yang kompleks dan bermasalah.