The Suburbs

Pernah makan sup ceker ayam? Pernahkah makan sup ceker ayam, dimana ayam si empunya itu ceker masih hidup saat kau menyantap sup itu?

Tetanggaku adalah orang yang cukup kacau kehidupannya, sama seperti kebanyakan orang di kampun transmigran. Ini terjadi tahun 1990-an. Jelas, bukan keahlian anak kecil, aku waktu itu memang masih kecil, untuk mengingat-ingat tentang waktu atau tahun-tahun saat ia sendiri lebih menikmati dirinya. Aku memang menikmati masa kecilku lebih daripada masa sekarang.

Aku tak begitu ingat tentang jatidiri tetanggaku itu. Nama ayah dalam keluarga itu, kalo tak salah, pak sakijan. Kurasa asalnya dari Jogja atau entah. Istrinya, tak ingat aku, hanya ingat sedikit bahwa dia kurus dan lebih tua dari usianya. Anaknya, entah berapa buah...

Keluarga ini hobi ribut. Kadang si istri harus melarikan diri ke rumah kami karena suaminya mulai membantai piring dan gelas. Suaminya juga sering pergi-pergi nggak jelas. Suatu ketika aku mendapat cerita dari ibuku, bahwa si istri datang ke rumah kami hanya untuk meminta cangkang telur yang isinya sudah digoreng ibu. Untuk apa? kalau tak salah, anaknya minta dibuatkan telur goreng. Mungkin akrena mencium aroma telur goreng dari rumah kami. Katanya, dia akan ambil sisa-sisa telur dari cangkang itu.... Ah, bagaimana mungkin ya, pikirku.

Di lain hari, anaknya ini pengin makan ayam... entah sebenarnya sup ceker seperti yang kutulis di atas atau ceker goreng, atau jenis masakan yang lain. Yang jelas, idenya cukup kreatif. Untuk menghindari pembunuhan sekor ayam secara sia-sia, yang entah ayam milik siapa, maka ia hanya memotong satu ceker ayam dan membiarkan si ayam jadi jenis baru, ayam buntung alias ayam satu kaki.
Dan, jadilah si anak menikmati ayamnya. Ck ckckckck... percaya atau tidak, setidaknya orang-orang ini benar2 manusia yang hidup sebagai tetanggaku di kalimantan sana.

Keluarga ini tak bertahan terlalu lama. Setalah beberapa tahun, tampaknya mereka pulang ke jawa atau entah ke mana, aku tidak dikabari oleh mereka... Lalu, rumah mereka itu jadi rumah kosong. Aku dan adikku suka pergi ke sana, masuk dari lobang yang entah di sisi mana aku sudah lupa. kami bisa masuk. kami memeriksa hampir semuanya. kami suka membuka-buka buku orang ini. kami temukan injil dan buku-buku katolik. tak terurus... lalu buku2 itu, suatu hari yang lain, kami borong ke rumah kami dan menjadi mainan baru.

Ceker ayam diatas bukanlah rekayasa, aku menceritakannya sebagai lelucon tapi tak lantas hal itu menegasikannya dari kenyataan.