kadang aku merasa terlalu sepi, sehingga aku bahkan tidak menyadarinya. bahkan ketika hidupku dimulai dengan bangun dan ingat untuk pergi ke kantor. aku bangun dan menuangkan segelas air ke dalam ronggaku. pikiranku mulai merasa bahwa aku tengah menjalani sesuatu tanpa memperhatikannya. itukah inti sepinya?
kali ini aku mulai rajin melihat berita, terutama berita pasar saham, bisnis, dan isu-isu aneh lainnya. kupikir, itu semua terlalu mudah untuk jadi pegangan hidup ketika agama sendiri tidak begitu bermakna untukku. lalu, aku ambil handuk kuning bolong dan memasuki kamar mandi, bukan mandi, tapi menikmati air. untukku, air adalah sesuatu yang merubah tubuh. aku akan berbeda setelah mengguyurkan air ke badan. tapi, kali ini terpaksa aku menyebutnya mandi hanya untuk merasa waras dan jadi manusia umum.
lalu... aku berpakaian rapi, menyemprot parfum, memakai sepatu dan menghilangkan rambut di atas bibir itu. sewaktu naik angkot, aku selalu beraharap ada perempuan di sana, perempuan muda dan cantik kalau bisa. aku akan duduk di sampingnya. duduk tenang seperti arca. lalu memainkan mata, ingin menangkap mata. perempuan itu membuatku lunak, seperti ledir... mungkin karena itu laki-laki mengeluarkan sperma? hm... kurasa bukan.

 aku mulai menikmati guncangan-guncangan di atas angkot. kampung muara cipinang selalu membawaku kembali ke code. gang-gangnya yang sempit, rumah berimpit, riuh anak berteriak, laki-laki bertato, bau air sungainya ... tapi tak pernah kulihat orang jongkok di sungai. sungai di sini jauh lebih busuk daripada bangkai tikus dan anjing, warnanya hitam pekat dan masih sanggup mengalir. setelah kampung cipinang muara, sampailah di kampung melayu. terminal ini tidak mengingatkan apa2. kesibukkannya akan membuatku merasa hening sejenang, hening... lalu, bus warna kuning membawaku ke kantor. di kantor biru aku melangkah seperti tidak pernah, seperti terlalu biasa, masuk, naik lift dan absen. duduk dan menghadap komputer. lalu aku menghilang.... menghilang di lubang pekerjaan. aku menikmatinya. tapi mungkin juga harus dipertanyakan, karena diriku yang diri itu hanya kembali setela semua pekerjaan selesai dan pulang. jalan keluar, melihat hari telah berubah malam. gedung-gedung terlalu tinggi untukku, berjajar seperti situs-situs purba, kelip-kelip neon dan lampu. aku menikmati yang bukan manusia.

kuburan karet sepi.di sebuah pojok, dengan bau kematian, seorang laki-laki tua yang memiliki gubuk kecil menempel ke sebuah dinding mencoba menyembunyikan seluruh hak miliknya di sana. biasanya aku melihat lilinnya menyala, indah sekali. kucing-kucing berkeliaran di sana, seperti menjaga nyawa yang tidak seberapa.

dan, aku lewati sudirman citiwalk... sepertinya tempat yang menarik. tapi angkotku keburu datang. aku pulang, menimati lampu-lapu bergerak. gedung-gedung menjauh. mobil-mobil mengejar. dan pulang adalah moment untuk bercerita pada pikiran. sebagai pelamun akut, menikmati pergerakan membuat otak bekerja lebih baik.

hah... pulang