Merasa busuk di kamar kotak ini? Ya, sangat busuk. Merasa ada yang salah dengan semua barang-barang di sini? Mungkin sebaiknya mereka ada di tempat sampah, sehingga aku bisa menulis dengan kepalaku saja. Sebenarnya aku mulai merasa sangat tertekan di dalam sepetak kamar kotak ini, merasa tidak produktif, mungkin juga ada rasa bersalah yang mengangguku. Dengan hanya satu jendela yang kelebihan cahaya, rasanya aku seperti diinterograsi.


Okey, tapi ini lebih baik daripada hanya tidur di sembarang tempat. Hayati sebentar keberadaanmu di sini.... hm, aku merasa jenuh dan busuk, dalam sebuah ruang penuh dengan ke-naive-an. Barangkali ada cara untuk mengatasi ketertekanan atau setidaknya menghindarinya... aku tahu, yaitu hidup di dalam kepalaku sendiri. Benar, kan?


Apakah ini bukan disebabkan oleh rasa susah dalam hidup, atau kekurangan celana, mungkin juga oleh ketidakadaan pacar. Hem... jangan-jangan ini hanyalah retorika april mop.


Tidak.... tidak, aku menolak asumsi-asumsi kotor, aku ingin mendengar keluhan yang bersih. Sekarang coba bentangkan imajimu sampai pada kedalaman yang gelap di dalam pikiran sana... ada sebagian besar informasi yang tertutup, atau hanya tidak kelihatan karena cahayanya terlalu jauh. Kau harus membentang sampai di sana, kalau tidak ada cahaya, rasakan saja dengan indera yang lain... hm, kau dengar bisikan-bisikan? Mereka selalu ada di sana untuk menikmati kegelapan. Mereka adalah harta karun, sekaligus dengan sikap-sikap tidak toleran dan bahaya yang ditimbulkan oleh rahasia-rahasia yang ingin menyembunyikan diri. Di sanalah kau bisa hidup tanpa gangguan cahaya, ditemani oleh hembusan halus dari perasaan-perasaan bebas, tanpa direcoki kenyataan yang sesak oleh benda-benda nyata.

Kenyataan adalah apa yang telah terjadi, pikir zen, dan dengan kesadaran penuh akan hal tersebut kita seperti di bawah lampu terang kesadaran. Omong kosong dapat dimulai dengan keyakinan atau juga bukti-bukti nyata, dan yang nyata adalah fosil yang terbentang dari sekarang ke permulaan waktu sedangkan keyakinan adalah penyambung yang kurang akurat. Mari tenggelam di sini, kita bisa sama-sama jatuh dan sakit dalam bejana fisik.


Haruskah aku santai di sini, atau dalam pikiranku? Haruskah memahami hasil akhir atau mengerti prosesnya? Pikiran bodoh... harus kuakui aku semakin lemah dalam soal pikiran. Kehidupan fisikku tidak lagi senyaman dulu, mentalku banyak didera kemunafikan diri sendiri dan kenyataan. Juga, dalam perasaan yang semakin tidak sensitif, keberagamaanku semakin tidak jelas. Tuhan terlantar entah di sisi mana dari ruang gelap hatiku.


Bangun, kataku dalam hati, dan bersemangatlah menghadapi masalah. Aku hanya menghasut, karena aku tidak yakin, dan akhirnya aku menipu mentalku, merusak apa yang telah ada, serta mengacaukan jalan (tujuan) yang dulu kelihatan mulia. Semakin aku ingin menyadari perbuatan baikku, semakin aku terperosok di kubangan kemunafikkan... dan luka-luka kehidupan jauh terasa ketika kita sadar kita sedang mencoba berbuat hal-hal mulia, karena semua itu jadi semacam omong kosong yang nyata. Tahukah kau apa itu omong kosong yang nyata?