Hidup KOPI!
Sebuah hari tanpa kopi, bisa kau bayangkan betapa buruknya untuk seorang pecandu. Maka, kopi adalah hal pertama yang kupkirkan untuk dibeli setiap kali mendapat uang. Kalau sedang punya cukup uang, aku beli exelso... yeah, levelku memang hanya sampai itu. Kalau lagi kere, untuk mencari uang lima ratus ruapiah saja harus membongkar semua benda di kamar, mengumpulkan receh demi receh... lalu bisa membeli nescafe murahan 500 rupiah, sekalian dengan rasanya yang kurang enak. Dengan jantung yang terus dag-dig-dug dengan kecepatan yang kurang wajar, aku rasa hidupku tidak cukup untuk 30 tahun lagi. Mungkin ada sesuatu di dalam sana, dalam sekepal otot merah yang belum sempat istirahat sejak diriku dibentuk, sesuatu yang menunggu untuk diberitahukan padaku. Barangkali itu tentang waktu, atau tentang hidup, keduanya seperti kawan-kawanku yang lain; membuat pikiranku longgar.
Apakah aku beresiko kena sakit jantung karena faktor genetik? Mungkin. Mungkin sekali. Tapi aku senang bahwa masih ada yang kupelihara untuk berdetak; waktu dan hidup, keduanya berkumpul dalam jantungku.
Waktu yang sesungguhnya ada di dalam sana, yang berdetak bukan untuk membentuk lingkaran dan mengulang-ulang angka, melainkan menghitung jejak kehidupan dengan melihat ke belakang, terus ke belakang dengan senyum yang amat mesra. Ahh, kita memang perlu menikmati tiap rangkaian jejak sebagai untaian yang sambung-menyambung, dan kitalah yang membuat catatan jejak.
Ijinkanlah, kukecup keningmu
Bukan hanya ada di dalam angan
Esok pagi, kau buka jendela
Kan kau dapati seikat kembang merah
Engkau tahu, aku mulaibosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Menyambut pagi membuag sepi
Ijinkanlah, aku kenang
Sejenak perjalanan
Ho hoho
Dan biarkan, kumengerti
Apa yang tersimpan di matamu
Ho ho
Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
.......
Ijinkanlah, aku rindu
Pada hitam rambutmu
Ho ho ho
Dan biarkan, kubernyanyi
Demi hati yang risau ini
Ho ho
.....
Ebiet g. Ade
Rindu.... rindu.... kerinduan... kata-kata favoritnya ebiet. Aku suka dengan “bulan merah”! kenapa tidak sekalian bulan sabit merah, ya?
2 komentar
jyahaha ... lepas, ekspresif n tanpa beban, ternyata kul2 iso nulis kayak gini juga .... cihuy :-P
BalasHapusya bisa lah...
BalasHapusPosting Komentar